EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani menilai tak terserapnya angkatan kerja lulusan SMK salah satu pengaruhnya adalah tak adanya lapangan kerja baru. Ia menilai jumlah angkatan kerja baru yang tak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan membuat para lulusan baru ini tak banyak terserap.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik sebelumnya merilis jumlah pengangguran Indonesia hingga Agustus 2017 mencapai 7,04 juta orang. Jumlah ini bertambah 10 ribu orang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 7,03 juta orang. Pengangguran tertinggi merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 11,41 persen.
Hariyadi menilai tak banyaknya terserap lulusan SMK bukan berarti kualitas lulusan yang tak memadai tetapi lapangan pekerjaan yang tak banyak bisa menyerap. Sebab, misalnya dalam sektor industri juga tak banyak mencari pekerja baru sebab faktor efisiensi.
"Lapangan kerja baru tidak paralel dengan pertambahan angkatan kerja baru. Idealnya kan terserap. Nah, yang baru nggak terserap. Karena Efisiensi, yang lama kena PHK," ujar Hariyadi saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/10).
Program kejuruan yang dicanangkan pemerintah menurut Hariyadi sudah tepat. Hanya saja memang pemerintah fokus menciptakan tenaga ahli tapi tidak dibarengi dengan penyediaan lapangan pekerjaan.
"Kita bikin program vokasi gimana. Ngelatih saja bisa. Tapi kalau nggak ada lapangan kerja ya sama saja," ujar Hariyadi.
Hariyadi menjelaskan bahwa lapangan pekerjaan baru bukan hanya akan berdampak pada menyerap angkatan kerja. Hal itu juga berpengaruh pada daya beli masyarakat dan juga bertambahnya tabungan masyarakat.
"Penciptaan lapangan kerja ini ngaruh kemana-mana. Daya beli. Terus pengurangan pengangguran dan juga untuk tabungan. Banyak sektor," ujar Hariyadi.