EKBIS.CO, BONDOWOSO -- Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub-Divisi Regional Bondowoso, Jawa Timur, pesimistis dapat memenuhi target pengadaan atau serapan gabah/beras medium pada tahun ini. Kondisi itu karena harga petani lebih memilih menjual gabahnya ke pedagang.
"Para petani padi khususnya, selama ini banyak menjual berasnya ke pedagang karena harganya lebih tinggi yakni Rp 9.100 per kilogram (kg), sedangkan Bulog sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) untuk beras Rp 8.030 per kg," kata Humas Bulog Sub-Divre Bondowoso, Harisun, Kamis (9/11).
Serapan gabah/beras, lanjut dia, hingga Oktober 2017 baru tercapai atau terserap 25 persen dari target pengadaan gabah/beras Bondowoso dan Situbondo sekitar 70 ribu ton.
Ia mengemukakan, ada beberapa kendala yang menyebabkan tidak terpenuhinya target pengadaan beras premium yang diperuntukkan bagi penerima rastra tersebut. Antara lain terbatasnya tempat penyimpanan beras atau gudang yang dimiliki Bulog.
"Pada tahun ini, pendistribusian beras sejahtera (rastra) dilakukan pada April, seharusnya Februari sudah harus didistribusikan, sehingga gudang Bulog penuh dan kami tidak bisa membeli beras karena tidak ada tempat. Padahal Januari memasuki panen raya," katanya.
Selain itu, menurut Harisun, harga pembelian pemerintah kalah bersaing dengan harga pembelian beras di pasaran. Akibatnya mitra Bulog dan juga petani memilih menjual beras di pasaran daripada menjual ke Bulog.
Ia menjelaskan, Bulog tidak mampu mencapai target pengadaan beras medium yang harus terpenuhi akhir Desember 2017, hal itu juga didukung dengan beralih fungsinya tanaman padi petani dari ke tembakau.
"Saat ini petani sudah banyak yang menanam tembakau, jagung. Dan diperkirakan hingga akhir Desember 2017 pengadaan beras Bulog Bondowoso naiknya maksimal dua persen," ujarnya