EKBIS.CO, TANGERANG -- PT Garuda Maintenance Facility tengah menggenjot pendapatan dari pusat logistik berikat (PLB) yang saat ini tengah dioptimalisasi melalui berbagai kerja sama dengan sejumlah perusahaan, baik di bidang penerbangan maupun di luar penerbangan.
Direktur Base Operation GMF Rahman Hanafi penandatanganan dengan sejumlah perusahaan di Tangerang, Rabu (29/11), mengatakan untuk tahun ini target pendapatan digenjot hingga 20 juta dolar AS.
"Kita ingin bisa dua hingga tiga kali lipat dalam dua hingga tiga tahun di beberapa tempat yang sudah kita siapkan," ujarnya.
Dia mengatakan untuk mencapai target tersebut, pihaknya juga akan mengoptimalkan ketergunaan gudang-gudang yang selama ini menganggur melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan.
"Saat ini kita mengoptimalkan gudang yang sudah ada. Yang 10.000 meter persegi, kita 2,5 sampai tiga kali lipatnya. Kita juga akan cari tempat lain atau kita bangun di area lain yang sama," tuturnya.
Untuk investasi sendiri, dia mengatakan, pihaknya akan ditargetkan tahun depan akan lebih dari dua juta dolar AS.
"Tahun ini enggak sampai dua juta dolar AS, tapi kalau ekspansi itu akan lebih. Untuk tahun depan kemungkinan di atas dua juta dolar AS," ucapnya.
Rahmat menyebutkan sumber dana yang akan digunakan bisa dari penawaran saham perusahaan (IPO) yang bulan lalu telah dilakukan. "Bisa ya bisa tidak, tapi secara fundamental, kita bagus," katanya.
Dia menjelaskan dengan adanya pusat logistik berikat dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan-perusahaan, di antaranya bisa menghemat devisa, mendongkrak industri aviasi nasional, kemudahan administrasi kepabeanan dan lebih efisien.
"Dibandingkan kalau, misalnya, lewat pesawat ke luar negeri jauh sekali, prakiraannya bisa sepertujuh malah bisa satu per 20," imbuhnya.
Dalam kesempatan sama, Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe C Sokarno-Hatta Erwin Situmorang mengatakan dengan pola pengawasan berbasis teknologi informasi, maka pengawasan akan lebih efektif.
"Bagaimana Bea Cukai mengawasi dengan efektif tanpa menganggu dari kecepatan barang tadi," ujarnya.
Sehingga, lanjut dia, tidak diperlukan lagi bagian personel yang harus dikerahkan di PLB. "Kita hanya perlu melihat IT mereka, karena semua informasi dari mulai masuk barangnya sampai keluar barangnya sudah tercantum dalam data mereka," tuturnya.
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto menuturkan sejak diresmikan sebagai Pusat Logistik Berikat oleh Menteri Keuangan 19 Oktober 2016 lalu, GMF telah memberikan "one stop solution" bagi perdagangan dan industri penerbangan melalui penyediaan jasa "shipping arrangement, customs brokerage", serta managemen gudang yang siap sedia 24 jam dengan didukung oleh "IT based inventory management" dan harga yang kompetitif.
"Pusat Logistik Berikat ini kami harapkan mampu mendorong GMF untuk menjadi hub lalu lintas logistik komponen pesawat di Indonesia, serta menjadikan GMF sebagai penyedia perawatan pesawat yang menyeluruh melalui penyediaan solusi perawatan pesawat yang terintegrasi bagi 'customers'," kata Iwan.
Selain itu, Iwan juga menambahkan bahwa keberadaan PLB bagi GMF memiliki beberapa keuntungan bagi pelaku industri aviasi, di antarannya dengan kemudahan kegiatan penimbunan barang menjadi lebih sederhana.
"Para pelaku industri aviasi di sini akan mendapatkan penangguhan bea masuk dan pajak apabila transaksi dilakukan di dalam Pusat Logistik Berikat," tambahnya.
Direktur Base Operation GMF Rahmat Hanafi menandatangani nota kesepahaman untuk Layanan Logistik GMF dengan PT Air Indonesia, serta perjanjian kerja sama total 'care logistic support' dengan PT Sriwijaya Air, PT Airfast Indonesia, dan PT Kalimasada Pusaka.
Perjanjian kerja sama dukungan logistik itu mencakup jasa ekspor, impor, dan distribusi, customs brokerage, dan Pusat Logistik Berikat.