EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Railink Indonesia berminat untuk membangun dan mengoperasikan Kereta Bandara Kulonprogo atau Bandara Baru Internasional Yogyakarta.
Direktur Utama Railink Indonesia Heru Kuswanto mengatakan secara bisnis KA Bandara Kulon Progo sangat potensial.
"Kami minat di Yogyakarta karena secara analisis bisnis bagus, jaraknya bagus, waktu tempuhnya bagus, dan infrastruktur lebih siap," katanya saat meninjau pengoperasian KA Bandara di Stasiun Sudirman Baru, Jakarta, Rabu (27/12).
Heru menambahkan jalur ganda sudah siap hanya menambah lima kilometer dan dengan jarak tempuh 42 kilometer sangat bersaing karena hanya ada jalan raya yang sangat padat. "Dari sisi bisnis bagus dengan jarak 42 kilometer bagus sekali karena pesaing terdekatnya jalan raya yang padat sekali," ujarnya.
Selain itu, kata dia, kondisi jalurnya lebih mudah untuk dikembangkan karena area persawahan. "Tidak seberat di sini, di sana persawahan, kalau di sini perkampungan macam-macam, realisasinya relatif lebih realistis," katanya.
Heru menuturkan dengan bertambahnya kapasitas yang bisa ditampung di Bandara Baru Internasional Yogyakarta dari delapan juta orang menjadi 14 juta orang dalam setahun yang diperkirakan pada 2018-2020, maka kebutuhan akan transportasi yang efisien dan bebas macet akan meningkat.
"Dengan dibuka New Yogyakarta International Airport luar biasa. Kalau saya lihat proyeksinya sekitar 14 juta penumpang sangat bagus untuk ukuran pasar karena kita biasanya butuh 10 jutaan ke atas penumpang bandara," ujarnya.
Dia mengatakan terkait investasi akan dilakukan oleh induk perusahaan, yaitu PT Kereta Api Indonesia dan PT Angkasa Pura II, namun untuk pengadaan sarana (rolling stock), Raillink yang akan menyediakan. "Kalau investasi oleh induk, 'rolling stock' oleh kami. Dalam stasiunnya kami, 'ticketing' kami, tapi konstruksi oleh induk, biasanya pembagiannya begitu," ujarnya.
Heru menambahkan terkait rencana tersebut sudah dibahas pemegang saham, PT KAI dan AP II. "Melalui pemegang saham kan alurnya, mulainya kapan tergantung pemegang saham, intinya Railink siap dan kami lihatnya itu bagus," ujarnya. Dia mengatakan pembangunannya bisa seiring, tidak perlu menunggu pembangunan bandara selesai.
Terkait operator Bandara Baru Internasional Yogyakarta adalah PT Angkasa Pura II, Heru mengatakan hal itu bisa dilakukan apabila AP I menanamkan modalnya ke PT Railink. "AP I bisa juga masuk ke Railink seperti Gapura Angkasa, Garuda Indonesia, AP I untuk di wilayah AP I dan AP II untuk di bandara AP II. Tapi mungkin nantinya sahamnya milik bertiga, tinggal disepakati komposisi maunya seperti apa," katanya.
Saat ini, dia menyebutkan komposisi saham PT KAI adalah 60 persen dan AP II 40 persen. "Nanti misalnya masuk AP I mau seperti apa tergantung pemegang saham, tapi ini masih pembahasan awal," ujarnya.