Kamis 28 Dec 2017 08:45 WIB

Menatap 2018 dengan Berkaca pada Kesuksesan Ekonomi Era Gus Dur

Red: Muhammad Subarkah
Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid).
Foto:
Gus DUr (KH Abdurrahman Wahid.

Tentang PT Telkom & PT Indosat, Rizal Ramli menjelaskan, pada era Gus Dur terjadi pemisahan manajemen silang (cross management) dan kepemilikan silang (cross ownership) di tubuh PT Indosat dan PT Telkom. Tim ekonomi Gus Dur ingin agar antara kedua perusahaan ini berkompetisi secara fair, meninggalkan kerjasama terselubung yang selama ini dipraktekan keduanya. Kebijakan ini menyebabkan negara mendapatkan Rp 5 triliun tanpa menjual selembar saham.

Adapun tentang krisis Bank Internasional Indonesia (BII), Rizal Ramli menuturkan, awal Juli 2001 terjadi rush di Bank Internasional Indonesia (BII) yang awalnya hanya puluhan miliar rupiah kemudian mencapai Rp 500 miliar.

Kondisi itu jelas membahayakan sistem perbankan nasional. Saat itu IMF mengusulkan dua opsi, yaitu: 1) membail-out BII sebesar Rp 4,2 triliun; dan 2) melikuidasi BII yang memakan biaya Rp 5 triliun.

Tim ekonomi Gus Dur tidak menuruti nasehat IMF (karena IMF memiliki rekam jejak menjerumuskan Indonesia pada krisis ekonomi yang parah tahun 1997), namun memililih opsi sendiri. Tim ekonomi segera menggelar konferensi pers mengumumkan bahwa pemerintah melalui Bank Mandiri “seolah-olah” mengakuisisi BII sebesar 80%. Keesokan harinya pers release ditempel di seluruh cabang BII.

Mengetahui bahwa pemerintah dan bank terbesar “berencana” mengakuisisi, para nasabah BII pun merasa aman dan mulai kembali menyimpan dananya. Kemudian tim ekonomi mengganti direksi BII dengan bankir-bankir didikan Bank Mandiri. Setelah itu kondisi BII pun kembali normal.

Jadi inilah untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, sebuah bank diselamatkan dari rush tanpa melakukan bail-out dan likuidasi.

sumber : Rilis Wahid Institute
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement