Kamis 18 Jan 2018 15:13 WIB

Perhimpunan Sarjana Pertanian Tolak Impor Beras

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto:
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) menilai seharusnya persediaan beras tidak berkurang karena Bulog masih memiliki persedian beras di gudang sebesar 800 ribu ton sampai 900 ribu ton. Persediaan ini untuk menstabilkan harga beras sampai pertengahan Februari di awal masa panen raya padi.

Ketua Dewan Pengawas Badan Pengurus Pusat PISPI Salman Dianda Anwar mengungkapkan PISPI secara tegas menolak impor beras yang diputuskan Menteri Perdagangan lantaran akan berdampak pada penurunan harga gabah dan beras petani pada musim panen Februari sampai April 2018.

"Jika impor tetap dilakukan, PISPI mengingatkan Presiden Jokowi untuk konsisten dan konsekuen menjalankan janji-janji nawacita. Sebagaimana pidato pada 9 Desember 2014 di UGM," kata dia melalui keterangan pers yang diterima, Kamis (18/1).

Salman memaparkan, berdasarkan informasi yang dihimpun PISPI, secara historis gejolak harga beras mulai dirasakan sejak November 2017 karena harga terus merangkak naik. Awal pekan Januari 2018, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita langsung merespons dengan keputusan impor beras sebanyak 500 ribu ton dari Thailand dan Vietnam. Beras impor diperkirakan akan tiba di Indonesia pada akhir Januari ini.

Mendag beralasan impor dilakukan demi mengamankan pasokan beras di pasar. Berbeda dengan Mendag, Menteri Pertanian Amran Sulaiman justru menyampaikan persediaan beras cukup. Kementan mengklaim bahwa sepanjang 2017 Indonesia telah memproduksi gabah sebanyak 80 juta ton.

Dengan angka rendemen 63 persen maka didapat beras sekitar 50 juta ton atau surplus sekitar 10 sampai 20 juta ton. Belum lagi pada bulan Januari 2018 produksi beras bertambah sebanyak 2,8 juta ton, kemudian Februari yang merupakan masa awal panen raya sebesar 5,4 juta ton.

Salman mengatakan, puncak panen raya beras akan terjadi pada Maret yaitu sebesar 7,4 juta ton dan akan berlanjut hingga April sebesar 5,5 juta ton. Jika diakumulasikan, kebutuhan beras rumah tangga 2 sampai 2,5 juta ton per bulan ditambah kebutuhan industri. Ini menurutnya menunjukkan adanya surplus beras.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement