Ahad 21 Jan 2018 15:15 WIB

Perusahaan Batu Bara Alokasikan Produksi untuk dalam Negeri

Dua puluh lima persen produksi batu bara wajib untuk pemenuhan kebutuhan lokal

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Budi Raharjo
Tambang batu bara Adaro
Foto: Edwin/Republika
Tambang batu bara Adaro

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian ESDM menetapkan perusahaan batu bara wajib mengalokasikan minimal 25 persen dari total produksinya untuk kebutuhan batu bara dalam negeri. PT Adaro Energy menyambut baik aturan pemerintah tersebut dan akan memenuhi alokasi 25 persen untuk kebutuhan dalam negeri.

Direktur Utama PT Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan selama ini produksi Adaro mayoritas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tak hanya berperan sebagai penyuplai saja, Adaro juga memiliki pembangkit listrik yang merupakan bagian dari produsen listrik nasional.

"DMO ini kan memang wajib ya. Kita patuhi dan dukung aturan dari pemerintah terkait hal ini," ujar Boy saat dihubungi Republika, Ahad (21/1).

Boy mengatakan memasok kebutuhan batu bara dalam negeri bukan hal yang baru bagi Adaro. Selama ini produksi batu bara Adaro memang digunakan untuk PLTU proyek pemerintah dan juga digunakan oleh Semen Indonesia.

Boy mengatakan pasar dalam negeri merupakan salah satu target pasar Adaro selama ini. "Kita patuh dengan DMO karena kita suplier utama PLTU dan industri semen di Indonesia," ujar Boy.

Adaro mencatat, setidaknya hingga kuartal III 2017 kemarin Adaro mengalokasikan 20 persen dari total produksi Adaro untuk dalam negeri. Dari 20 persen tersebut 90 persen dipakai untuk konsumsi PLTU sedangkan 10 persen lainnya untuk kebutuhan lainnya.

Meski tetap melakukan ekspor batu bara ditengah harga batu bara yang sedang membaik, kuota untuk negara Cina dan Malaysia sendiri dilihat dari ikhtisar laporan keuangan Adaro, masing masing negara tersebut mendapatkan alokasi 14 persen dari total produksi batu bara Adaro.

Ke depan, kata Boy Adaro akan tetap menjaga produksi batu baranya. Hal ini dilakukan untuk menjaga cadangan batu bara jangka panjang dan demi pengembangan bisnis pembangkit listrik.

"Produksi Adaro jangka panjang akan flat karena Adaro fokus untuk menjaga cadangan batu bara dalam jangka panjang demi pengembangan bisnis pembangkit listrik ke depan," ujar Boy.

Tak hanya perusahaan swasta seperti Adaro yang mentargetkan alokasi dalam negeri. Perusahaan batu bara pelat merah seperti PT Bukit Asam pada 2018 menargetkan peningkatan produksi agar bisa memenuhi kebutuhan batu bara nasional.

Produksi PTBA tahun 2018 ditargetkan 25,53 juta ton naik 106 persen bila dibandingkan tahun 2017 sebesar 24,06 juta ton. Penjualan domestik dan ekspor juga naik dari 23,34 juta ton menjadi 25,88 juta ton atau naik 111 persen.

Kemudian untuk rencana angkutan kerata api batu bara tahun 2018, juga mengalami kenaikan dari 21,36 juta ton menjadi 23,10 juta ton atau naik 108 persen. Direktur Utama PT Bukit Asam, Arviyan Arifin mengatakan alokasi domestik akan bertambah seiring dengan kesepakatan PT BA dengan KAI untuk pasokan batu bara.

Ia menjelaskan pihaknya telah menandatangani kontrak peningkatan angkutan batu bara dengan PT KAI sepanjang tahun 2017 - 2021 rencana angkutan batu bara mencapai 130,1 juta ton. "Dengan melihat angka target kinerja perusahaan dan pencapaian pada tahun ini serta dengan dukungan dari semua pihak. Kami sangat yakin mampu mencapai target bahkan melampaui target tersebut," ujar Arifin akhir pekan lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement