EKBIS.CO, PADANG -- Sumatra Barat, diwakili dengan Kota Padang dan Bukittinggi, mengawali tahun 2018 dengan capaian tingkat inflasi rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) Perwakilan Sumatra Barat merilis, laju inflasi Januari 2018 Kota Pada sebesar 0,43 persen dan Kota Bukittinggi 0,75 persen.
Sementara inflasi tahun ke tahun (2018 terhadap 2017) untuk Padang dan Bukittinggi, masing-masing adalah 1,97 persen dan 1,90 persen. Kepala BPS Sumatra Barat Sukardi mengungkapkan, inflasi di Padang terdorong oleh kenaikan indeks harga sejumlah komoditas.
Rinciannya, kelompok bahan makanan naik 0,72 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,91 persen; serta kelompok perumahan, listrik, air, dan bahan bakar sebesar 0,47 persen. Distribusi angkanya tak jauh berbeda dengan yang terjadi di Kota Bukittinggi.
Komoditas penyumbang inflasi di Kota Padang dan Bukittinggi cukup bervariasi. Namun, cabai merah sama-sama bertengger di tiga besar komoditas penyumbang inflasi baik di Padang dan Bukittinggi. Jenis komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Padang yakni daging ayam ras yang dengan kontribusi inflasi 0,09 persen, kue kering berminyak 0,06 persen, dan cabai merah 0,05 persen.
BPS Catat Inflasi Januari 2018 Melonjak
Sedangkan di Bukittinggi, bawang merah menduduki peringkat pertama dengan sumbangan inflasi 0,14 persem. Diikuti cabai merah dengan sumbangan inflasi 0,11 persen dan tarif parkir yang menyumbang inflasi 0,07 persen.
"Sedangkan komoditas yang justru menyumbang deflasi (penurunan harga), adalah angkutan udara, daging sapi, gula pasir, dendeng, minyak goreng, dan beberapa komoditas lain," kata Sukardi di Kantor BPS Sumbar, Kamis (1/2).
Sebagai daerah yang terkenal dengan kekayaan kulinernya, beberapa jenis makanan masuk ke dalam komoditas penyumbang inflasi terbesar. Seperti mie yang menyumbang inflasi di Kota Padang sebesar 0,05 persen, ketupat atau lontong sayur yang mengerek inflasi 0,03 persen, hingga pizza yang ternyata juga menyumbang inflasi 0,02 persen. Sementara komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah gula pasir sebesar -0,02 persen.