EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore (8/2), bergerak melemah sebesar 44 poin menjadi Rp 13.587 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.543 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kurs rupiah terpengaruh sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat mengenai kesepakatan anggaran. Hal itu merupakan salah satu faktor yang menopang dolar AS terapresiasi terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Para pemimpin senat AS menyepakati anggaran belanja pemerintah sehari sebelum tenggat waktu yang ditentukan mencapai 300 miliar dolar AS untuk program pertahanan dan domestik," katanya.
Ia mengungkapkan pelemahan harga minyak mentah dunia turut mempengaruhi pergerakan mata uang berbasis komoditas, salah satunya rupiah. Pelemahan harga minyak mentah dipicu cadangan minyak mentah dan meningkatnya produksi AS.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Kamis (8/2) turun 0,24 persen ke posisi 61,64 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 0,12 persen ke 65,43 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengungkapkan pelemahan rupiah diharapkan dapat lebih terbatas ke depannya menyusul meningkatnya peringkat Indonesia oleh lembaga pemeringkat dari Jepang.
Lembaga pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd. (JCR) meningkatkan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia dari BBB- (triple B minus) dengan outlook positif menjadi BBB (triple B) dengan outlook stabil. "Kenaikan peringkat itu dapat meningkatnya keyakinan investor terhadap fundamental ekonomi Indonesia sehingga arus dana masuk ke dalam negeri dapat lebih deras," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (8/2) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp 13.602 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 13.533 per dolar AS.