EKBIS.CO, KULON PROGO -- Pupuk Urea Cina sudah sampai di Indonesia. Padahal pada 1989, Cina belajar mengenai produksi pupuk di PT Pusri (Pupuk Sriwidjaja). Sekarang pabrik pupuk di Cina berkembang luar biasa dan produksinya terbesar di dunia.
"Pupuk urea dari Cina harganya lebih murah dari Pupuk Urea Pusri karena bahannya dari batu bara sedangkan pupuk urea buatan Pusri bahannya dari natural gas," kata Direktur SDM dan Umum PT Pusri Palembang Bob Indiarto di sela-sela acara Pasar Murah Pupuk dari PT Pupuk Indonesia (Persero), di Desa Cerme Kecamatan Panjatan, Kulon Progo, Sabtu (10/2).
Para ahli dari Cina belajar ke Pusri datang rombongan besar secara bergantian. "Waktu itu saya di bagian produksi. Kebetulan PT Pusri merupakan pabrik Urea tertua yang punya tenaga ahli di produksi," jelas Bob.
Menurutnya, mesipun pupuk urea Cina sudah ada di Indonesia, namun sampai saat ini pupuk Urea Cina belum sampai ke petani. "Kebetulan di depan PT Pusri ada pabrik NPK swasta yang menggunakan bahan baku urea dari Cina karena harganya murah Ini memukul sekali. Karena MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), produk dari Cina bisa masuk ke Indonesia seenaknya," tuturnya.
Bob berharap jangan sampai pupuk Urea Cina sampai ke petani. Petani harus menggunakan pupuk dalam negeri. "Karena bagaimanapun pupuk urea dalam negeri kualitasnya lebih bagus," tuturnya.
Untuk mengantisipasi agar pupuk Urea tidak sampai petani, Pusri koordinasi dengan PT Pupuk Indonesia (Persero) agar HPP (Harga
Pokok Penjualan) harus rendah dan efisiensi diutamakan.
Hal senada juga dikatakan VP PKBL PT Pupuk Indonsia (Persero) Wahyu Supriyanto bahwa diusahakan HPP bisa lebih ditekan ,sehingga harga pupuk urea bisa lebih murah dari pabrik di Cina. Selama ini bahan baku gas dari Pertamina dan swasta dengan harga 6 dolar AS. Sementara harga bahan baku Cina hanya 4 dolar AS. Bahan baku pupuk Urea Cina dari Rusia dengan menggunakan batu bara.
Di samping itu, kata Wahyu menambahkan, diusahakan agar bagaimana nanti petani tetap mendapatkan pupuk dari PT Pupuk Indonesia. Untuk
itu ada sosialisasi dari Pupuk Indonesia bahwa pupuk dari Indonesia jauh lebih baik kualitasnya. "Biuret pada pupuk urea paling rendah ada di pupuk produksi Indonesia. Biuret adalah racun yang merusak tanaman," jelasnya.
Lebih lanjut Bob mengatakan untuk efisiensi supaya pemakaian gas lebih hemat, maka pabrik mesti baru. "PT Pusri sedang studi apakah dibangun pabrik baru atau optimalisasi karena untuk bangun pabrik baru diperlukan sekitar Rp 9-10 triliun," ungkapnya.
Sementara untuk bisnis urea sudah cukup dan NPK turunan urea yang harus dikembangkan ke pupuk majemuk. Saat ini PT Pusri sudah memproduksi NPK 200 ribu ton per tahun.