EKBIS.CO, INDRAMAYU -- Ikan bandeng identik dengan Imlek yang dirayakan warga keturunan Tionghoa. Hal itu membuat permintaan bandeng di tingkat petambak di Kabupaten Indramayu meningkat tajam jelang Imlek.
"Setiap jelang Imlek, permintaan bandeng meningkat hingga 40 persen," kata salah seorang petambak bandeng di Desa Pabean Ilir, Kecamatan Pasekan, Kabupaten Indramayu, Naryo, Rabu (14/2).
Naryo mengatakan, bandeng selama ini menjadi menu wajib warga keturunan Tionghoa saat perayaan Imlek. Karenanya, bandeng selalu laris manis diburu warga keturunan Tionghoa.
Untuk itu, Naryo pun sengaja membudidayakan bandeng guna menghadapi Imlek. Dia biasanya akan memanen bandeng tersebut mulai lima hari hingga tiga hari jelang Imlek.
Naryo membudidayakan bandeng di lima areal tambak miliknya. Untuk menyiapkan bandeng Imlek itu, dia hanya menyiapkan satu areal tambak. Sedangkan empat tambak lainnya hanya untuk budi daya bandeng biasa.
Untuk bandeng Imlek itu, waktu budi dayanya mencapai sekitar 1,5 tahun, dengan bobot tiap ekor bandeng mencapai satu kilogram bahkan lebih. Sedangkan bandeng biasa bisa dipanen hanya dalam waktu lima sampai enam bulan, dengan bobot tiga sampai lima ons per ekor.
"Bandeng untuk Imlek ukurannya memang harus besar, istilahnya bandeng jumbo," tutur Naryo, Rabu (14/2).
Naryo menyebutkan, hasil panen bandeng jumbo yang diperolehnya mencapai sekitar tiga ton untuk satu areal tambak tersebut. Adapun harga bandeng jumbo yang dijualnya mencapai Rp 40 ribu Rp 50 ribu per kilogram. Sedangkan untuk bandeng yang biasa sekitar Rp 28 ribu per kilogram.
Kalau di pasaran harga bandeng jumbo ini jauh lebih mahal, bisa Rp 100 ribu per kilogram. Apalagi mereka itu pantang menawar harga bandeng untuk Imlek, tutur Naryo.
Ikan bandeng jumbo yang dipanen Naryo itu selanjutnya dikirim langsung ke Muara Baru dan Muara Angke, Jakarta. Semakin segar kondisi bandeng yang dijual, maka akan semakin mahal harganya. "Jadi selesai panen langsung kita angkut ke Jakarta," kata Naryo.