Kamis 22 Feb 2018 22:35 WIB

Hidup Sehat Dengan Gula Kelapa Rendah Indeks Glikemik

Balit Palma memiliki koleksi kelapa Genjah yang sangat potensial sebagai sumber nira.

Red: EH Ismail
Kelapa Genjah.
Foto: Humas Balitbangtan.
Kelapa Genjah.

Kebutuhan gula terus meningkat setiap tahun, sehingga pemerintah secara kontinyu melakukan upaya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional.

Tanaman palma, seperti lontar, gewang, aren, dan kelapa merupakan sumber gula alternatif. Gula palma diolah dari nira segar yang disadap pagi dan sore. Nira segar rasanya manis dan bening warnanya. Dari nira segar dapat dihasilkan gula cetak, gula kristal dan gula cair yang menjadi bahan baku utama untuk industri makanan. 

Di antara gula palma tersebut, gula kelapa memiliki karakteristik unik dibanding lainya. Rasanya sangat khas dan memiliki citarasa spesial. Tidak heran, kecap Bango, salah satu merk yang terkenal di pasar domestik dan mancanegara, menggunakan gula kelapa sebagai bahan baku utamanya.

Hal yang paling penting pembeda utamanya adalah gula kelapa memiliki nilai indeks glikemik (IG) rendah, yakni hanya 35, dibandingkan gula komersial yang IG-nya mencapai 60.

Indeks glikemik (IG) merupakan indeks atau tingkatan pangan menurut efeknya dalam meningkatkan kadar gula. Pangan dengan IG rendah bila dikonsumsi, peningkatan kadar gulanya berlangsung lambat karena proses penyerapan glukosa ke dalam darah dalam jumlah yang relatif rendah, perlahan, dan bertahap sehingga kadar gula darah dapat terkendali dengan baik. 

Karenanya, gula kelapa sangat baik dan disarankan untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. Hal ini yang menjadi alasan utama mengapa gula kelapa banyak diminati oleh konsumen di negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia yang cenderung mempertimbangkan aspek manfaat dari produk pangan.

Peneliti Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitpalma), Doktor Steivie Kuraow, mengatakan, umumnya tanaman yang disadap petani adalah tipe kelapa dalam yang batangnya tinggi. Akibatnya, banyak penyadap yang jatuh dari pohon. Kondisi ini tidak diiringi dengan penambahan tenaga penyadap. Tenaga muda tidak tertarik untuk bekerja sebagai penyadap. Tentunya ini menjadi masalah yang sangat serius pada beberapa daerah sentra gula kelapa.

Balitpalma, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, mampu menjawab masalah ini melalui penyediaan kelapa tipe genjah. Kelapa genjah batangnya pendek dan lambat bertambah tinggi. Bahkan, tanaman yang sudah berumur 30 tahun tinggi batangnya hanya mencapai 10 meter.

Balit Palma memiliki koleksi kelapa Genjah yang sangat potensial sebagai sumber nira. Sampai saat ini, empat varietas kelapa genjah unggul yang telah dilepas, yaitu kelapa Genjah Kuning Nias (GKN), kelapa Genjah Kuning Bali (GKB), kelapa Genjah Raja (GRA) dan kelapa Genjah Salak (GSK).

Selama 4 tahun terakhir telah dilakukan evaluasi terhadap produksi nira dari keempat kelapa Genjah unggul tersebut dan 3 aksesi kelapa Genjah lainnya, yaitu kelapa Genjah Tebing Tinggi (GTT), kelapa Genjah Hijau Jombang (GHJ) dan kelapa Genjah Orange Sagerat (GOS). Evaluasi dilakukan pada tanaman koleksi di Kebun Percobaan Mapanget dan  Kebun Percobaan Paniki, Sulawesi Utara. Hasil penelitian membuktikan bahwa kelapa tipe Genjah sangat sesuai untuk disadap sebagai sumber nira.

Kepala Balitpalma, Doktor Ismail Maskromo, menjelaskan, berdasarkan keunggulan gula kelapa, selain citarasanya yang khas dan bermanfaat bagi kesehatan, tentunya semakin banyak konsumen cerdas yang akan melirik gula kelapa.

"Balit Palma sebagai instansi pemegang mandat penelitian kelapa nasional akan menjadi motor penggerak utama untuk menggeliat gula kelapa kini dan nanti," kata Ismail.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement