EKBIS.CO, KIEV -- Indonesia menyasar pasar Ukraina untuk komoditas pertanian dan farmasi. Langkah ini sekaligus mengembalikan total nilai perdagangan kedua negara hingga 1 miliar dolar AS seperti yang pernah dicapai pada 2012-2013.
"Saat ini nilai total perdagangan Indonesia-Ukraina berkisar lebih dari 600 juta dollar AS," kata Dirjen Amerika dan Eropa, Kemlu RI, M. Anshor di Kiev, Ahad (25/2).
Komoditas pertanian seperti buah-buahan tropis Indonesia sangat dibutuhkan pasar Ukraina, sekaligus menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengurangi defisit neraca perdagangan terhadap Ukraina, yang banyak mengekpor gandum ke Indonesia.
Untuk itu, Kementerian Pertanian kedua negara akan menandatangani protokol mengenai persyaratan phytosanitary ekspor gandum Ukraina ke Indonesia, dan ekspor buah tropis Indonesia ke Ukraina yang dijadwalkan April 2018 di Kyiv, Ukraina.
Sidang Komisi Bersama (SKB) RI-Ukraina juga membahas inisiatif kerja sama baru kepada Ukraina, antara lain pemeliharaan pesawat melalui Garuda Maintenance Facility, kerja sama industri penerbangan (PT. Dirgantara Indonesia), investasi pengembangan sektor pariwisata di 10 destinasi turis (10 New Bali), dan investasi industri komoditi kakao di Sumatra dan Sulawesi.
Untuk melengkapi SKB diadakan Forum Bisnis RI-Ukraina dan b-to-b meeting diadakan Kedutaan Besar RI di Kyiv dan KADIN Ukraina dengan menyertakan perusahaan atau pelaku bisnis bidang farmasi (PT Mersifarma) dan bidang IT minyak dan gas (PT. Sukolilo Surya Indah), dan dihadiri sekitar 27 pelaku bisnis Ukraina.
Ukraina, mitra perdagangan kedua bagi RI di kawasan Eropa Timur setelah Rusia. Periode Januari-November 2017, nilai perdagangan tercatat sebesar 683,07 juta dolar AS menurun dibanding periode sama 2016 yaitu 774,52 juta dolar AS.
Bahkan, pada 2016 tercatat 873 juta dolar AS dan tahun 2015 526,9 juta dolar AS. Dalam lima tahun, Indonesia alami defisit nilai disebabkan dominasi impor gandum Ukraina.
Penyelenggaraan SKB ini merupakan mandat yang diberikan Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko saat kunjungan kenegaraan Presiden Ukraina ke Indonesia, Agustus 2016 lalu.