Kamis 01 Mar 2018 20:28 WIB

Sri Mulyani dan Luhut Blusukan di Bandara Banyuwangi

Banyuwangi menjadi penyangga Bali menyambut Annual Meeting IMF dan Bank Dunia.

Red: Fernan Rahadi
Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Kamis (1/3), untuk meninjau kesiapan daerah tersebut dalam menyambut Annual Meeting IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober mendatang.
Foto: dokpri
Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Kamis (1/3), untuk meninjau kesiapan daerah tersebut dalam menyambut Annual Meeting IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober mendatang.

EKBIS.CO, BANYUWANGI -  Menkeu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengunjungi Kabupaten Banyuwangi, Kamis (1/3), untuk meninjau kesiapan daerah tersebut dalam menyambut Annual Meeting IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober mendatang.

Banyuwangi telah ditunjuk oleh pemerintah pusat menjadi daerah penyangga Bali dalam ajang yang diikuti 15 ribu delegasi dari ratusan negara itu. Sebagian delegasi penting dari berbagai negara dijadwalkan mendarat di Bandara Banyuwangi.

Mendarat di Banyuwangi, para menteri dan gubernur BI disambut Bupati Abdullah Azwar Anas. Luhut dan rombongan diberi udeng, penutup kepala khas Suku Using, masyarakat asli Banyuwangi. Adapun Menkeu Sri Mulyani dikalungi syal batik khas Banyuwangi.

Luhut dan rombongan kemudian berkeliling menyusuri terminal Bandara Banyuwangi yang baru saja beroperasi setelah sekitar dua tahun dibangun. Itu merupakan terminal bandara berkonsep hijau pertama di Indonesia.

Bupati Anas menerangkan, terminal bandara itu dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 45 miliar. Sebagian besar bahan yang digunakan adalah kayu bekas. 

Terminal bandara mengedepankan konsep rumah tropis dengan penghawaan alami, sehingga nyaris tanpa AC. Desain interior minim sekat untuk menjamin sirkulasi udara dan sinar matahari. Hampir setiap sudut terminal dikelilingi kolam ikan untuk mengoreksi tekanan udara, sehingga suhu ruang tetap sejuk. Terminal bandara ini juga mengadopsi kebudayaan lokal dengan mengusung kekhasan masyarakat Suku Using dalam arsitekturnya.

”Sehingga ini bukan hanya bandara, tapi landmark baru yang menarik wisatawan,” kata Anas.

Mendengar penjelasan tersebut, Luhut, Sri Mulyani, dan Agus Martowardojo pun menunjukkan keterkejutannya. Keduanya cukup kaget karena tidak menyangka dana yang dikeluarkan cukup murah untuk membangun bandara dengan hasil yang sangat baik. Di sejumlah daerah lain, pembangunan terminal bandara menelan dana hingga ratusan miliar.

"Wah, hebat juga kamu ya, Nas. Bandaranya sangat representatif untuk acara itu (Annual Meeting IMF-Bank Dunia). Coba lihat rumputnya saja bagus ini, padahal ada di bandara lain pakai duit APBN, rumputnya saja kering," kata Menteri Luhut kepada Anas disambut tawa semua rombongan.

Luhut dan rombongan tampak mencermati detil bangunan. Sesekali melihat atap yang menghijau. Matanya juga tak luput dari lapis-lapis kayu bekas yang didesain sebagai penyekat ruang. Gemericik kolam ikan membuat Luhut tampak nyaman menyusuri terminal bandara.

Terakhir sebelum beranjak dari bandara, Menkeu Sri Mulyani mengajak rombongan berswafoto di depan hamparan sawah yang juga menjadi daya tarik pemandangan bandara. “Hebat bandaranya, sangat layak untuk menyambut delegasi internasional,” kata Sri Mulyani.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement