EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belum mengkhawatirkan. Ia mengaku, perekonomian Indonesia pun tetap berjalan dengan normal.
"Nggak (mengkhawatirkan). Kurs itu, kalau situasi normal-normal saja harusnya tidak ada masalah dan ekonomi kita berjalan baik-baik saja," ujar Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/3).
Ia mengaku, pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell yang berencana menaikkan tingkat suku bunga turut berdampak ke pasar. Hal itu, menurut Darmin, menyebabkan pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Powell ngomong begini, ngomong begitu, menaikkan empat kali (tingkat suku bunga), belum tentu sebenarnya. Tapi kan orang sudah mulai pasang kuda-kuda. Karena belum menaikkan, ya (Rupiah) naik dulu sedikit, tapi kan nanti akan tenang lagi," ujar Darmin.
Ia mengaku, hal ini juga pernah dialami Indonesia dalam dua tahun terakhir. Ia pun meyakini pelemahan rupiah tidak akan sampai membuat gejolak. "Kalau dinaikkan ya nanti ada riak-riak sedikit, bukan gejolak lah," ujar Darmin.
Menurut Darmin, salah satu faktor yang membuatnya yakin adalah kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tak terpengaruh pelemahan rupiah. Ia menjelaskan, ketika rupiah dan IHSG melemah orang asing mulai menjual saham.
"Yang terjadi bukan itu, artinya mungkin ada yang sudah jual, yang beli ada dari dalam juga. Sehingga, dampaknya tidak membuat pelemahan yang berkelanjutan. Bahkan, sebenarnya kita masih punya pertahanan terakhir. Siapa? Bank Indonesia," ujar Darmin.
Ia mengaku, BI memiliki jurus ampuh yang disebut dual intervention. Ia mengatakan, ketika terjadi pelemahan rupiah dan IHSG terdorong turun, BI bisa membeli surat berharga negara yang dijual investor asing.
"Biasanya ini ampuh karena asing ini kan tidak lama pergi kalau nanti baik ya balik lagi. Kalau BI beli, dia mulai khawatir karena kalau BI yang beli kan tidak dijual lagi," ujarnya.