EKBIS.CO, JAKARTA -- Politikus Senior Partai Golkar, Fahmi Idris menilai lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar diduga disebabkan oleh beberapa perpaduan faktor dalam luar dan dalam negeri. Salah satu faktor penyebab melemahnya rupiah tersebut diduga karena melemahnya ekspor di dalam negeri.
"Melemahnya beberapa sektor ekonomi kita seperti industri, pertanian dan beberapa faktor lainnya. Jadi memang terjadi berbagai perpaduan yang menekan nilai tukar kita," kata Fahmi.
Ia menambahkan pengaruh sistem dari kebijakan bank central di Amerika juga menjadi faktor rupiah melemah. Sementara itu, Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Arief Budimanta juga menyampaikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyikapi volatilitas nilai tukar rupiah terhadap nilai dollar.
"Pertama, indikasi dari kebijakan Bank Central Amerika yang memiliki rencana untuk menaikan federal fund rate itu minimal tiga kali bahkan empat kali di tahun ini, itu dari aspek globalnya," kata Arief di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (3/3).
Selain itu sejak Januari sampai Februari, neraca perdagangan relatif negatif. Salah satu penyebabnya, Arief mengatakan, diduga karena tekanan terhadap harga minyak yang meninggi. Meskipun begitu ia menilai strategi yang dilakukan Presiden Jokowi sudah tepat dalam rangka penguatan ekonomi untuk meningkatkan ekspor. "Ekspor itu harus ditandai dengan neraca perdagangan yang surplus. Ekspor kan menghasilkan devisa," ucapnya.
Arief mengatakan keseimbangan harga di pasar terutama bahan makanan juga perlu dijaga. Pasalnya, ekonomi dalam negeri saat ini tengah menghadapi dua tekanan sekaligus. Pertama, tekanan nilai tukar dan kedua, tekanan produksi yang datang dari harga minyak yang semakin meninggi.
"Dari sisi fiskal sih baik, positif karena kita tidak lagi melakukan proses subsidi terhadap BBM, tapi ini juga menimbulkan tekanan terhadap harga listrik dengan harga minyak yang naik yang diikuti harga batu bara yang tinggi," katanya.
Sebelumnya diketahui nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat (2/3), bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp 13.746 dibanding posisi sebelumnya Rp 13.741 per dolar AS. Diprediksi nilai tukar rupiah akan terus melemah di bulan Maret ini.