EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Dunia memprediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 5,3 persen. Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan meski akan tumbuh pada angka tersebut namun harus ada yang perlu diperhatikan.
"Ada beberapa risiko terhadap proyeksi tersebut termasuk perdagangan global yang lebih lambat," kata Frederico di kawasan SCBD, Selasa (27/3).
Begitu juga untuk di tingkat domestik, dia mengatakan, bisa terjadi perlambatan pertumbuhan konsumsi di tingkat swasta. Padahal, menurut Frederico hal itu menjadi sumber lebih dari separuh PDB negara.
Pada Laporan triwulanan perekonomian kali ini, Frederico memfokuskan kepada pentingnya negara untuk mengumpulkan lebih banyak pendapatan dan membelanjakannya dengan lebih baik. "Ini untuk mendukung pertumbuhan inklusif," ujar Frederico.
Dia menambahkan, selama 15 tahun terakhir, kebijakan fiskal telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menjaga stabilitas makro ekonomi. Namun, kata dia, kebijakan fiskal bisa memainkan peran lebih besar untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Frederico menilai, Indonesia bisa mengurangi ketimpangan dengan meningkatkan jumlah dan efisiensi pengeluaran yang bermanfaat. Terutama untuk 60 persen bagian keluarga terbawah Indonesia.
Sebagian besar pengeluaran tersebut beberapa di antaranya untuk sektor kesehatan dan pendidikan. "Juga mengatasi ketimpangan kesempatan dan membangun fondasi untuk pertumbuhan yang kuat di masa depan," tutur Frederico.
Untuk mendukung pertumbuhan yang inklusif, menurutnya Indonesia perlu melakukan belanja lebih efektif untuk pendidikan. Begitu juga dengan membelanjakan lebih banyak di bidang prioritas seperti infrastruktur, kesehatan, dan bantuan sosial.
Tak hanya itu, mengumpulkan lebih banyak pendapatan dengan cara yang efisien juga menurutnya sangat diperlukan. "Ini untuk mendukung pertumbuhan agar belanja juga meningkat," jelas Frederico.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati menegaskan pemerintah akan terus melihat bidang kesehatan dari swasta. Sebab sebelumnya, Sri mengatakan Indonesia sudah mengalami tekanan dari komoditas dan juga perbankan.
Untuk itu, Sri memastikan saat ini pemerintah sedang melihat kesempatan untuk meningkatkan investasi yang ada. "Oleh karena itu, kita lihat apakah mereka terhalang oleh masalah perizinan, prosedural, apakah mereka juga perlu insentif," ungkap Sri.
Sri menginginkan swasta juga bisa memberikan perannya untuk perkonomian Indonesia. Dia menambahkan, paling tidak swasta juga bisa menjadi penggerak ekonomi di Indonesia.