EKBIS.CO, JAKARTA -- Sejumlah Bank BUMN menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada pertengahan Maret 2018. Hasilnya, beberapa Kepengurusan Direksi dan Komosaris Bank Plat Merah tersebut dirombak.
Hal itu juga berdampak terhadap anak usaha bank-bank BUMN. Salah satunya Bank Syariah Mandiri (BSM) yang mengganti dua Komisaris Independennya melalui Keputusan RUPST.
Komisaris independen yang baru masuk yakni Dimas Oky Nugroho yang mengisi posisi Komisaris Independen dengan periode Jabatan RUPST 2018-2021. Selain Komisaris Independen, posisi Direktur Wholesale Banking juga diisi orang baru, yakni Kusman Yandi.
Dimas Oky Nugroho dan Bambang Widianto ditunjuk sebagai Komisaris Independen Bank Syariah Mandiri berdasarkan keputusan RUPS Tahunan pada 12 Maret 2018.
Dikutip dari laman resmi BSM, Dimas dikenal sebagai seorang wirausaha sosial. Dia meraih gelar PhD di bidang antropologi politik dari UNSW Australia. Dimas juga seorang pegiat komunitas ekonomi kreatif dan kewirausahaan untuk anak muda, serta pengamat politik.
Dimas juga aktif dalam upaya membina calon pemimpin muda dengan menginisiasi sejumlah gerakan dan pelatihan seperti Gerakan Anak Muda Punya Usaha (AMPUH) dan Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP). Sebelumnya Dimas pernah bertugas sebagai Staf Khusus Kepala Staf Kantor Presiden di bidang ekonomi kreatif, anak muda dan sosial-politik.
Selama 2017 Bank Syariah Mandiri membukukan kinerja positif. Hal itu terlihat dari pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan kualitas pembiayaan dan pertumbuhan laba perusahaan.
Bank Syariah Mandiri membukukan laba bersih senilai Rp 365 miliar pada 2017. Angka tersebut naik 12,22 persen (yoy) dibandingkan perolehan laba bersih pada 2016 yang sebesar Rp 325 miliar.
"Alhamdullilah, kami bersyukur atas pencapaian tersebut dan berterima kasih kepada stakeholders atas kepercayaannya kepada Mandiri Syariah," kata Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Toni EB Subari dikutip dalam laman resmi BSM, Selasa (3/4).
Bank Syariah Mandiri menjadi satu-satunya bank syariah yang masuk Buku III dengan ekuitas sebesar Rp 7,31 triliun atau tumbuh 14,42 persen dibandingkan kuartal IV 2016 sebesar Rp 6,39 triliun.
Pada akhir 2017 Bank Mandiri sebagai perusahaan induk telah menyuntikkan setoran modal sebesar Rp 500 miliar sehingga posisi modal disetor perusahaan pada 2018 ini hampir Rp 3 triliun.
Dengan penambahan modal tersebut Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 15,86 persen mengalami peningkatan sebesar 1,85 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar 14,01 persen. Dari sisi efisiensi dengan indikator CER BSM membaik yang berada di level 52,84 persen.
Baca juga, Bank Syariah Mandiri Bukukan Laba Bersih Rp 365 Miliar.
Ke depannya, Mandiri Syariah akan terus mempertajam target segmen, memperbaiki bisnis model dan penyempurnaan kualitas layanan. "Kami juga bersyukur dapat bersinergi dengan induk perusahaan di dalam penetrasi pasar salah satunya melalui Layanan Syariah Bank (LSB) di outlet Bank Mandiri," imbuh Toni.
Saat ini Bank Syariah Mandiri mulai masuk ke bisnis berbasis daring melalui kerjaxsama dengan Tokopedia dan Bukalapak dalam bentuk fasilitas transaksi dan penawaran pembiayaan. "Kami memang harus bersiap menghadapi perubahan masyarakat dan budaya termasuk di bidang keuangan," ucap Toni.
Di sisi lain, Bank Syariah Mandiri menggelar program mengalirkan berkah yang melibatkan 412 cabang di seluruh Indonesia. Total dana yang disalurkan mencapai Rp 20,38 miliar dalam bentuk renovasi tempat ibadah, beasiswa atau bangunan sekolah. Selain itu untuk mendorong pariwisata, Bank Syariah Mandiri pada 2017 meresmikan beroperasinya Masjid Al Amin Syariah Mandiri di desa Kinahrejo, Yogyakarta.