EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi, Kementerian ESDM, Djoko Siswanto menjelaskan kejadian bocornya pipa pertamina di Balikpapan ada beberapa indikasi penyebab. Namun, salah satunya, Djoko mengatakan, semestinya pipa-pipa penyalur gas dan minyak ini memang dicek ketahanan dan kondisinya setiap lima tahun sekali.
Djoko tak menampik, kebocoran pipa di Balikpapan yang menyebabkan pencemaran laut hingga teluk tersebut karena faktor pipa yang sudah berumur tua, yaitu lebih dari 20 tahun. Namun, memang Djoko belum bisa menyimpulkan apakah pihak Pertamina melakukan mekanisme pengecekan rutin atau tidak.
Baca: Minyak Tumpah di Balikpapan Akibat Pipa Pertamina Patah
"Itu makanya aturannya setiap lima tahun sekali. Kita akan audit, dilakukan pemeriksaan enggak selama lima tahun sekali. Tim investigasi kan masih di sana," ujar Djoko, Kamis (5/4).
Tak hanya pipa yang saat ini sedang mengalami kebocoran, Djoko juga menjelaskan pihaknya sudah membentuk tim untuk bisa mengaudit pipa-pipa yang ada saat ini. Ia mengatakan pengecekan ini melihat apakah pipa tersebut sudah berkarat atau belum, seperti apa ketebalannya dan apakah ada potensi kebocoran atau tidak.
"Sekarang semua pipa bawah tanah di sana sedang disurvei oleh penyelam. Ini pun ditemukan oleh penyelam itu kan. Dia perlu dua minggu untuk mensurvei semua mana ini yang kira-kira sudah berkarat dan sebagainya," ujar Djoko.
Hasil analisis sebaran tumpahan minyak di sekitar wilayah pantai Balikpapan pada 1 April 2018, menyebut luasan tumpahan minyak adalah 12.987,2 ha.
Pantauan tumpahan minyak di Balikpapan melalui citra satelit radar 1 April 2018. Nampak tumpahan minyak warna gelap dipermukaan perairan dekat Kota Balikpapan yg menyebar ke Selat Makassar.
Dony Kushardono (Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN) pic.twitter.com/nSCmuebV0b
— LAPAN (@LAPAN_RI) April 4, 2018