EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom senior Mari Elka Pangestu menyoroti defisit neraca perdagangan Indonesia yang terjadi selama tiga bulan berturut-turut dari Desember 2017 hingga Februari 2018.
"Harus dipelajari mengapa terjadi defisit itu. Kalau memang impornya naik karena terkait dengan investasi naik, seharusnya itu positif," kata Mari Elka dalam acara The Economist di Jakarta, Kamis (5/4).
Mantan menteri perdagangan tersebut berpendapat peningkatan impor yang terjadi akibat penanaman modal atau ekspansi produksi biasanya dalam jangka waktu enam bulan nantinya akan meningkatkan ekspor.
Baca juga, Tak Biasa, Neraca Perdagangan RI Defisit Tiga Bulan Berturut-turut.
Mari Elka menambahkan, defisit neraca perdagangan dimungkinkan juga karena harga minyak naik mengingat Indonesia merupakan net importir minyak. "Kalau impornya terkait dengan investasi itu sebetulnya positif. Kalau memang impor untuk meningkatkan investasi dan ekspansi di produksi," ucap dia.
Mari Elka menilai defisit perdagangan tetap perlu diantisipasi melalui peningkatan daya saing. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2018 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit 116 juta dolar AS, yang merupakan defisit selama tiga bulan berturut-turut sejak Desember 2017.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan defisit neraca perdagangan Februari 2018 dipicu defisit sektor migas sebesar 870 juta dolar AS, sementara sektor perdagangan nonmigas surplus sebesar 750 juta dolar AS.
Tercatat, pada Januari 2018 neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 760 juta dolar AS, atau lebih tinggi dari Februari 2018.