Senin 09 Apr 2018 10:46 WIB

Harga Beras di Pasar Terus Turun

Panen raya serentak di Indramayu menyebabkan harga beras terus turun.

Rep: Lilis Sri Handayni/ Red: Nur Aini
Pedagang memindahkan karung beras di salah satu agen penjual beras di Kawasan Manggarai, Jakarta, Ahad (4/3).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memindahkan karung beras di salah satu agen penjual beras di Kawasan Manggarai, Jakarta, Ahad (4/3).

EKBIS.CO, INDRAMAYU -- Harga beras di pasaran di Kabupaten Indramayu terus menurun. Hal itu menyusul masa panen raya yang berlangsung serentak di berbagai kecamatan di wilayah tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Senin(9/4), harga beras saat ini mencapai Rp 240 ribu per karung (kapasitas 25 kg). Harga itu menurun drastis dari yang sebelumnya mencapai Rp 300 ribu per karung.

Selain itu, adapula beras yang kualitasnya lebih bagus yang harganya Rp 11.500 per kg. Harga itupun sudah menurun dibandingkan sebelumnya yang mencapai Rp 12 ribu per kg.

"Harga beras turunnya memang cepat. Itupun masih belum stabil, masih bisa turun lagi," ujar seorang pedagang beras, Haji Jana.

Jana mengatakan, penurunan harga beras secara cepat itu disebabkan sedang berlangsungnya masa panen raya di berbagai daerah. Hal tersebut membuat pasokan gabah dari petani cukup berlimpah.

Namun, kata Jana, penurunan harga beras secara cepat itu berlaku untuk beras yang dihasilkan dari panen rendeng 2017/2018 yang sekarang sedang berlangsung. Sedangkan beras yang dihasilkan dari musim gadu 2017, saat ini tetap stabil.

Jana menyebutkan, harga beras dari musim gadu atau yang dikenal dengan istilah beras sadon saat ini mencapai Rp 305 ribu per karung (kapasitas 25 kg). Jika dijual eceran, harganya di kisaran Rp 13 ribu per kg.

Menurut Jana, harga beras sadon memang lebih mahal karena kadar airnya yang lebih kering dibandingkan beras hasil panen rendeng (dikenal dengan istilah beras anyar). Karenanya, jika dimasak, maka beras sadon akan menghasilkan nasi yang lebih empuk.

Sedangkan beras anyar, saat dimasak akan menghasilkan nasi yang lebih lembek. Pasalnya, kadar air dalam beras anyar lebih tinggi.

"Masyarakat juga sebenarnya lebih suka beras sadon dibandingkan beras anyar," tutur Jana.

Salah seorang pedagang beras keliling, Ratna, mengakui cepatnya penurunan harga beras anyar. Karena itu, dirinya pun tak berani menyetok beras dalam jumlah banyak.

"Saya paling hanya menyediakan beras untuk pelanggan yang pasti beli saja, tidak berani nyetok banyak karena harganya belum stabil, " kata Ratna.

Ratna pun mengakui, meski masyarakat senang dengan harga beras yang sudah turun, namun sebenarnya mereka lebih menyukai beras sadon. Pasalnya, beras sadon menghasilkan nasi yang lebih enak dibandingkan nasi dari beras baru.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement