EKBIS.CO, JAKARTA -- Wisata halal harus menjangkau Muslim milenial karena segmen ini akan tumbuh pesat dengan belanja wisata yang cukup besar.
CEO Crescent Rating dan Halal Trip yang berbasis di Singapura Fazal Bahardeen menjelaskan wisatawan Muslim milenial tidak selalu wisatawan berbiaya hemat (budget traveler). Wisatawan Muslim milenial mencari nilai yang sebanding dengan apa yang mereka keluarkan.
Mereka melakukan satu hingga lima perjalanan setahun. Mereka ingin mengalami pengalaman baru. Kalau ke Jepang, mereka ingin makan makanan lokal di sana.
''Mereka bersedia mengeluarkan uang cukup besar untuk makanan lokal dan budaya baru, meski memang agak menekan urusan penginapan yang bisa memakai Airbnb atau sejenisnya,'' kata Fazal usai peluncuran laporan Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018 hasil kolaborasi Crescent Rating dengan Mastercard di Jakarta, Rabu (11/4).
Hal itu membuka peluang bisnis lokal. Untuk makanan, pengusaha lokal harus memastikan kehalalannya dengan sertifikasi halal ke otoritas yang berwenang di negara masing-masing.
Pada 2025 pengeluaran untuk wisata Muslim milenial mencapai sepertiga pengeluaran untuk wisata Muslim global. Nilai itu lebih dari 100 miliar dolar AS (Rp 1.400 triliun).
Indonesia ada di 10 besar pasar sekaligus tujuan wisata Muslim milenial. Tentunya Jepang dan Korea Selatan pun ada di daftar yang sama sebagai tujuan wisata Muslim milenial.
''Jepang dan Korea sebelumnya tidak meyakinkan soal fasilitas, tapi tiga tahun terakhir banyak perbaikan dan promosinya besar. Muslim sadar tidak susah lagi kalau ke sana, termasuk kalau mencari makanan halal,'' kata Fazal.
Kepastian makanan halal di Jepang dan Korea masih jadi tantangan. Crescent Rating menawarkan sistem pemeringkatan halal ke Jepang dan sudah memeringkat 225 restoran di Tokyo.
Berdasarkan laporan Muslim Millenial Travel (MMT) Report 2017 yang Mastercard dan Halal Trip terbitkan, 60 persen populasi negara mayoritas Muslim di bawah usia 30 tahun. Pada 2030, 29 persen populasi global antara usia 15-29 adalah Muslim. Pertumbuhan populasi Muslim terutama akan ada pada segmen Muslim muda sejahtera.
Pangsa milenial terhadap total wisatawan internasional pada 2016 sebesar 20 persen. Pada 2020, milenial diprediksi akan melakukan perjalanan wisata sebanyak 320 juta perjalanan internasional tiap tahun atau naik 47 persen dibanding 2013 yang hanya 217 juta perjalanan.
Laporan ini mencatat, 36 persen wisatawan Muslim pada 2016 adalah milenial dan 33 persen adalan Generation Z (GenZ) atau lebih dari 80 juta orang. Secara internasional ada 121 juta wisatawan Muslim global pada 2016 dengan pengeluaran untuk wisata sebesar 156 miliar dolar AS (Rp 2.150 triliun).
Laporan ini juga memproyeksikan, akan ada 156 juta wisatawan Muslim global pada 2020 dengan pengeluaran untuk wisata sebesar 220 miliar dolar AS (Rp 3.000 triliun) dan pada 2026 pengeluarannya jadi 300 miliar dolar AS (Rp 4.125 triliun). Sebesar 29 persen populasi negara Islam pada 2030 ada di usia 15-29 tahun dan belana Muslim milenial pada 2025 akan lebih dari 100 miliar dolar AS (Rp 1.400 triliun).
Tiga besar pasar milenial Muslim Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) adalah Arab Saudi, Malaysia dan Turki. Tiga besar pasar milenial Muslim non-OKI adalah Jerman, federasi Rusia, dan India. Untuk tiga besar destinasi wisata Muslim milenial adalah Malaysia, Indonesia, dan Jepang.