EKBIS.CO, JAKARTA -- Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sri Soelistyowati mengatakan, penambahan cuti bersama pada libur lebaran 2018 bisa mendongkrak tingkat konsumsi rumah tangga. Sri mengaku, pengeluaran masyarakat terutama kelas atas di sektor rekreasi bisa meningkat.
"Bisa mendongkrak konsumsi karena dengan cuti bersama, artinya kita libur lebih panjang ada rekreasi. Berarti kalau rekreasi harapannya konsumsi rumah tangga di restoran akan naik, transportasi juga naik, harapannya juga tidak tidur di rumah saudara tapi tidur di hotel sehingga akomodasi naik," ujar Sri di Jakarta, Senin (7/5).
Sri menjelaskan, saat ini tingkat konsumsi kelompok masyarakat menengah ke atas belum pulih. Padahal, kelompok tersebut mendominasi struktur konsumsi rumah tangga sebesar 83 persen.Oleh karena itu, menurutnya, dengan lebih banyak kelompok menengah atas berbelanja maka akan terjadi peningkatan konsumsi di kuartal kedua 2018.
"Mungkin kelompok menengah atas masih wait and see. Sementara, golongan menengah ke bawah sudah membaik tapi share itu kecil di PDB. Dengan cuti ini diharapkan golongan menengah atas lebih banyak piknik," ujarnya.
Sri mengaku, momentum libur lebaran juga bisa menimbulkan pergeseran perekonomian terutama di daerah-daerah yang memiliki destinasi wisata.
"Bisa juga ada semacam pendistribusian belanja ke provinsi-provinsi yang lainsehingga masyarakat berbelanja di sana dan meningkatkan ekonomi di daerah itu," kata Sri.
Berdasarkan Surat Kesepakatan Bersama (SKB) tiga menteri, cuti bersama ditetapkan sebanyak tujuh hari sehingga total libur Lebaran menjadi 10 hari mulai 11 hingga 20 Juni 2018.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2018 adalah sebesar 5,06 persen (year on year/i). Angka itu lebih tinggi dibanding capaian pada kuartal-I 2017 yang sebesar 5,01 persen.
"Ini lebih menjanjikan karena lebih tinggi dibandingkan triwulan satu tahun sebelumnya. Ke depan, masih ada lebaran, pilkada, Asian Games yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (7/5).
Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen sepanjang tahun 2018.
Berdasarkan pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen (yoy). Angka itu lebih baik dibandingkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal-I 2017 yang sebesar 4,94 persen (yoy). Konsumsi rumah tangga masih mendominasi struktur ekonomi dengan porsi sebesar 56,8 persen.
"Kita harapkan konsumsi rumah tangga bisa terus semakin menguat. Seperti saya katakan ada momentum pada tahun ini yang bisa memperkuat konsumsi," ujar Suhariyanto.