Selasa 22 May 2018 13:04 WIB

Balitbangtan Kembangkan Jeruk Siam Jambi di Lahan Gambut

Tim peneliti turun ke lapangan guna melakukan pendampingan teknologi.

Red: EH Ismail
Budi daya jeruk siam Jambi.
Foto: Humas Balitbangtan.
Budi daya jeruk siam Jambi.

EKBIS.CO, Di bulan puasa seperti saat ini, konsumsi jeruk cukup meningkat. Segarnya sari buah jeruk yang membasahi kerongkongan tentu bisa menghilangkan dahaga seseorang saat berbuka puasa.

Jeruk Indonesia yang berkembang selama ini adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar dengan lokasi sentra yang berbeda. Umumnya, kita mengenal jeruk siam dari Sumatra Utara, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. Hal yang jarang kita tahu, ternyata Provinsi Jambi pun memiliki Jeruk Siam. Uniknya, jeruk ini berkembang di lahan gambut.

Menurut Kementerian Pertanian, berdasarkan wilayah pengembangannya, komoditi jeruk sebagian besar memang dikembangkan di luar Pulau Jawa. Bahkan, luas panen jeruk di luar Jawa menunjukkan pola perkembangan meningkat sebagaimana pola perkembangan luas panen jeruk di Indonesia.

Sejauh ini, kontribusi luas panen jeruk di luar Jawa sebesar 68,57 persen terhadap total luas panen jeruk di Indonesia. Khusus untuk Jambi, daerah ituini memiliki luas panen jeruk Siam sekitar 389 hektare pada  2016 lalu. Luasan penen jeruk siam Jambi ini dan memang masih kecil jika dibandingkan total luas panen jeruk siam di Indonesia.

Di Jambi, ada Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan agroekosistem lahan gambut yang memiliki pertanaman jeruk siam. Varietas yang ditanam adalah Siam Banjar, Trigas, dan Borneo Prima.  Pendampingan teknologi pada kawasan hortikultura jeruk telah dirintis oleh BPTP Balitbangtan Jambi sejak 2015, termasuk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.  

Kendala utama budi daya jeruk siam di tingkat petani adalah penerapan teknologi yang belum optimal dan kebiasaan panen muda yang membuat harga jual rendah. Karena itu, pendampingan teknologi dalam bentuk demplot seluas 1 hektare kembali dilaksanakan pada 2018 melalui kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Hortikultura, tepatnya di Kecamatan Betara, Tanjung Jabung Barat.

Pada awal Ramadhan lalu, tim peneliti turun ke lapangan guna melakukan pendampingan teknologi. Jeruk siam di Betara ini berkembang di lahan gambut. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa di lokasi kegiatan, lahan bersifat sangat masam dengan pH 3,8, sehingga tidak optimal bagi tanaman jeruk yang membutuhkan pH 6.

“Aplikasi kapur bertujuan untuk menaikkan pH tanah agar optimal untuk pertumbuhan tanaman,” kata penanggung jawab kegiatan pendampingan kawasan hortikultura BPTP Jambi Hendri Purnama.

Menurut Hendri, ameliorasi lahan melalui pemberian kapur dan pemupukan merupakan bagian dari teknologi spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kondisi agroekosistem. “Pemupukan menggunakan kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia sesuai hasil analisis tanah, dilakukan empat minggu setelah pemberian kapur,” ujar dia.

Teknologi yang juga diterapkan adalah pemangkasan terhadap cabang-cabang nonproduktif dan tunas air, peningkatan sanitasi kebun melalui penyiangan gulma, pembersihan saluran drainase, dan pengendalian OPT. Penerapan teknologi  yang optimal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas jeruk hasil sentra produksi Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. (Suci Primilestari/Balitbangtan)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement