EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa (26/6) pagi bergerak melemah sebesar enam poin menjadi Rp 14.165 dibanding posisi sebelumnya Rp 14.159 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta mengatakan, depresiasi rupiah dipicu sentimen dari dalam negeri, yaitu rilis neraca perdagangan Mei yang kembali mencatatkan defisit lebih besar daripada bulan sebelumnya.
"Pergerakan rupiah cenderung berbalik melemah seiring dengan respons negatif atas meningkatnya defisit neraca perdagangan Indonesia yang mencapai 1,52 miliar dolar AS," ujar Reza.
Di sisi lain, lanjut Reza, meski laju euro terlihat menguat dibandingkan dengan dolar AS, hal itu tidak cukup kuat mengangkat rupiah karena sentimen neraca perdagangan tersebut. "Bahkan, masih ada sentimen dari rencana pelonggaran LTV juga tidak cukup kuat mengangkat rupiah," kata Reza.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) didampingi Wamenkeu Mardiasmo (kiri) dan Sekjen Hadiyanto (kanan) bersiap memberikan keterangan pers tentang kinerja APBN di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (25/6).
Pergerakan rupiah yang melemah diharapkan hanya bersifat sementara untuk merespons masih adanya defisit neraca perdagangan. Di sisi lain, masih adanya sejumlah sentimen positif lainnya diharapkan dapat menahan pelemahan lebih lanjut.
Baca juga, Impor Melonjak, Defisit Neraca Dagang Kian Melebar.
Ditambah dengan pergerakan euro yang terapresiasi di atas dolar AS, diharapkan juga masih bertahan untuk membantu rupiah bertahan di zona hijau. Sementara itu, rupiah diestimasikan akan bergerak dengan kisaran support Rp 14.158 per dolar AS dan resisten Rp 14.146 per dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan, pelemahan rupiah harus dilihat dari benchmark terhadap negara lain maupun terhadap dolar AS. Menurut Sri, setiap saat ada pemicu pergerakan rupiah.
"Karena ini setiap hari ada pemicunya, apakah hari ini Presiden Trump bilang ini, kemudian policy-nya terhadap RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Jadi, ini akan terus dinamis yang akan harus kita terus respons, tidak harian, tapi kita jaga dari sisi yang disebut jangka menengah panjang," kata Sri setelah dipanggil Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/6).
Menkeu mengatakan, selama tahun ini pelaksanaan APBN bisa berjalan secara baik dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap akan dijaga. Pemerintah akan memantau dan mengevaluasi setiap isu yang berkembang.
"Kita akan melihat banyak sekali segi itu. Jadi, kita tidak merespons setiap hari. Namun, kita melakukan apa yang disebut monitoring evaluasi dan reaksinya secara bersama-sama," katanya.