EKBIS.CO, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) baru saja menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018 pada Jumat, (29/6). Salah satu agendanya terkait pergantian jajaran direksi BEI.
Dalam RUPST itu, diperkenalkan ketujuh direkai baru yang telah ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan surat nomor S-74/D.04/2018 mengenai Penyampaian Daftar Calon Direktur BEI Terpilih untuk Masa Jabatan 2018 sampai 2021. Dalam surat tersebut, OJK memilih Inarno Djayadi sebagai Direktur Utama baru.
OJK juga menetapkan direksi lainnya, yaitu IGD N Yetna Setia, Laksono Widito Widodo, Kristian Sihar Manullang, Fithri Hadi, Hasan Fauzi, dan Risa Effenita Rustam. Mereka akan menggantikan ketujuh anggota Direksi BEI yang telah habis masa baktinya seperti Tito Sulistio sebagai Direktur Utama, lalu Samsul Hidayat, Hamdi Hassyarbaini, Alpino Kianjaya, Nicky Hogan, Sulistyo Budi, serta Chaeruddin Berlian.
Dalam RUPST, Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyampaikan, di 2017, Pasar Modal Indonesia mencatat kemajuan berarti dari segi jumlah Perusahaan Tercatat, penambahan jumlah investor yang aktif, serta penguatan ketahanan pasar. "Semua ini berkat upaya BEI beserta segenap pemangku kepentingan yang berhasil melakukan terobosan di hampir seluruh aspek kegiatan pasar modal," ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat, (29/6).
Kinerja BEI
Pasar modal Indonesia sepanjang 2017, kata dia, mencatat rekor tertinggi dalam hal kapitalisasi pasar yakni sebesar Rp 7.052 triliun, indeks pasar sebanyak 6.355,65 poin, dan transaksi pasar dari segi volume 11,95 miliar unit saham per hari. Dengan nilai Rp 7,6 triliun per hari, maupun frekuensi perdagangan sebanyak 312,48 ribu kali transaksi.
Kinerja itu, kata Tito di antaranya dipicu oleh ekspansi basis investor ritel domestik yang memang diusahakan oleh pasar modal agar menjangkau calon investor baru dari segala lapisan masyarakat untuk berinvestasi di BEI.
Bersama seluruh pemangku kepentingan Pasar Modal, kata dia, BEI mampu meningkatkan literasi pasar modal menjadi 15 persen sehingga memberikan landasan yang lebih kokoh bagi pengembangan BEI di masa depan.
Ia menyebutkan, saat ini jumlah investor pasar modal telah mencapai 1,12 juta single investor identification (SID). Walau di sisi lain, BEI memandang peluang peningkatan literasi pasar modal di kalangan masyarakat luas masih terbuka lebar.
"BEI mengerahkan segala daya dan serangkaian inisiatif untuk meningkatkan literasi pasar modal. Antara lain dengan terus menggaungkan Kampanye Yuk Nabung Saham, optimasi fungsi pengembangan wilayah dan jangkauan BEI yang hingga akhir tahun 2017 telah mencakup 324 Galeri Investasi, 29 Kantor Perwakilan, dan 6 Pusat Informasi Go Public," tutur Tito.
Selain menjadi wahana investasi masyarakat, ia menuturkan, pasar modal juga semakin memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha. Pencatatan penawaran perdana saham telah berhasil dilakukan oleh 37 perusahaan di sepanjang tahun 2017 yang merupakan pencapaian tertinggi selama 23 tahun terakhir dengan jumlah penghimpunan dana sebesar Rp 9,56 triliun.
Dengan ditambah Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan konversi Waran, maka pencatatan efek bersifat ekuitas sepanjang tahun 2017 berhasil menghimpun dana sejumlah Rp 85,78 triliun. Angka itu naik 13,23 persen dari Rp 75,76 triliun di 2016.
Di sisi lain aktivitas pencatatan obligasi mencatat penghimpunan dana mencapai Rp 726,03 triliun atau meningkat 21,5 persen dibandingkan di 2016. Di sepanjang tahun 2017, total penghimpunan dana dari pencatatan saham dan obligasi juga telah mencapai Rp 812 triliun yang merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah pertumbuhan pasar modal di Indonesia.
"BEI dengan perannya yang strategis juga terus mengedepankan aktivitas perdagangan efek secara teratur, wajar, dan efisien.
BEI tetap menjaga kelangsungan perseroan dengan melakukan efektivitas biaya pada setiap kegiatan. Sehingga sepanjang 2017 BEI berhasil memperoleh pendapatan usaha Rp1,2 triliun serta memperoleh laba bersih Rp 310 miliar," ujar Tito.
Jumlah kas dan setara kas terjaga pula di kisaran Rp2,4 triliun. Ditambah meningkatnya nilai ekuitas BEI menjadi Rp 3,6 triliun di akhir 2017.
BEI, kata dia, terus berupaya pula meningkatkan infrastruktur pasar modal, termasuk mengupayakan penyempurnaan infrastruktur teknologi informasi, pembaruan sistem perdagangan, serta pengembangan New Data Center yang akan mampu meningkatkan faktor ketersediaan perangkat teknologi informasi BEI hingga 99,98 persen dalam waktu dekat. Apalagi BEI telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 Quality Management dan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi.
"Di Tahun 2017 BEI dinobatkan sebagai salah satu perusahaan Asia terbaik untuk tempat bekerja oleh HR Asia. Penghargaan ini mencerminkan lingkungan kerja yang kondusif bagi personil bursa yang berusia muda dan dinamis," ujar Tito.