EKBIS.CO, JAKARTA – Badan Eksekutif Uni Eropa (UE) saat ini sudah menghilangkan semua nama maskapai penerbangan Indonesia dari daftar keselamatan penerbangan. Dengan begitu saat ini penerbangan menuju Uni Eropa sudah terbuka untuk semua maskapai Indonesia.
Meskipun kesempatan tersebut sudah terbuka, tampaknya Garuda belum mau memanfaatkannya pada tahun ini. “Belum ada (membuka penerbangan ke UE) karena pesawat kita juga masih kurang (untuk penerbangan internasional),” kata Direktur Operasi Garuda Indonesia Triyanto Moeharsono kepada Republika.co.id di Kantor Garuda, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (11/7).
Meskipun begitu, Triyanto menilai bukan berarti hal tersebut menutup kemungkinan Garuda untuk membuka penerbangan ke Uni Eropa. Triyanto menganggap tetap ada kesempatan positif jika nantinya penerbangan ke Uni Eropa dibuka.
Dia menilai tetap akan ada terbukanya market jika Garuda membuka penerbangan ke Uni Eropa namun hal tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan. “Cuma karena pesawat kita belum cukup, dipakai ke Eropa dua, ke Jepang, dan middle east,” ujar Triyanto.
Triyanto menambahkan jika Garuda ingin membuka penerbangan ke Uni Eropa, setidaknya harus memiliki tiga pesawat baru untuk membuka rute. Dia menambahkan masing-masing pesawat akan difungsikan untuk keberangkatan, kepulangan, dan satu yang standby.
Saat ini, Garuda Indonesia memiliki sekitar 200 armada. Hingga 2024, Garuda menargetkan akan menambah 50 pesawat baru untuk meningkatkan armadanya. Untuk penambahan tersebut, Garuda sudah memulai pemesanan sejak 2014 dan satu tiba pada akhir 2017 lalu selanjutnya mulai datang secara bertahap pada 2020 hingga 2024.