EKBIS.CO, BEIJING -- Ada beberapa cara yang bisa dilakukan Cina untuk membalas penerapan tarif bea impor Amerika Serikat (AS). Salah seorang pejabat Cina mengutip the Wall Strett Journal, Kamis (12/7), mengatakan Cina saat ini tengah mempertimbangkan menunda lisensi untuk perusahaan AS.
Selain itu, Cina bisa saja menunda persetujuan merger yang melibatkan perusahaan AS dan meningkatkan inspeksi perbatasan barang Amerika.
Selain itu, ekonom Cina ING Hongkong, Iris Pang mengatakan Cina juga mampu untuk membatasi kunjungan wisatawan Cina ke AS yang senilai 115 miliar dolar AS. Bahkan, menurut Iris, bisa saja Beijing melepaskan sebagian dari kepemilikannya di AS.
Di sisi lain, akan ada dampak yang terjadi jika perang dagang antara Cina dan AS berlanjut. Investor khawatir perang dagang tersebut bisa berdampak pada pertumbuhan global dan merusak sentimen.
Tarif baru AS untuk Cina yang nantinya bisa mencapai 200 miliar dolar AS jauh melebihi total nilai impor barang-barang Cina. Hal itu berarti Cina perlu memikirkan cara-cara kreatif untuk menanggapi tindakan AS tersebut.
Baca juga, Perang Dagang, AS Luncurkan Tarif Baru ke Cina.
Kondisi tersebut juga menyoroti bagaimana ketergantungan bisnis dan konsumen AS pada barang-barang Cina. Cina menyumbang 20 persen dari total impor AS, angka tersebut berarti menyumbang lebih dari separuh impor AS.
Analis Goldom Sachs mengatakan ritel perabotan rumah juga diperkirakan akan terdampak akibat pemberlakuan tarif impor AS terhadap Cina. Menurut tim analis Goldom Sachs, Cina memasok 65 persen impor furnitur AS.
Prospek tarif 10 persen impor furnitur Cina membuat saham toko rumah online WayFair Inc turun 2,9 persen. Begitu juga dengan saham Restoration Hardware yang jatuh 4,3 persen.
Ritel suku cadang mobil diperkirakan juga terpengaruh dengan adanya ancaman tarif baru yang diterapkan AS. Saham Advance Auto Parts Inc turun 1,1 persen, Autozone Inc turun 1,6 persen, dan O’Reilly Automotive Inc turun 1,6 persen.