Kamis 19 Jul 2018 13:15 WIB

Pembeli Mulai Kurangi Konsumsi Telur Ayam

Harga telur ayam di pasar tradisional di Jakarta masih tinggi

Red: Nidia Zuraya
Peternak memanen telur ayam yang siap dijual di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7).  Harga jual telur di tingkat konsumen dan sejumlah pasar tradisional naik, dari Rp23.000 per kilogram  menjadi Rp30. 000 karena naiknya harga pakan ternak serta minimnya bibit ayam petelur.
Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara
Peternak memanen telur ayam yang siap dijual di kawasan Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/7). Harga jual telur di tingkat konsumen dan sejumlah pasar tradisional naik, dari Rp23.000 per kilogram menjadi Rp30. 000 karena naiknya harga pakan ternak serta minimnya bibit ayam petelur.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga telur ayam di pasar tradisional wilayah Jakarta Barat masih berada pada level Rp 28 ribu per kilogram (kg). Masih mahalnya harga jual telur ayam ini mengakibatkan para pembeli mengurangi konsumsi.

Dalam pantauan di Pasar Palmerah, sejumlah kios penjual telur tampak sepi pembeli. Beberapa telur yang dijual tampak sedikit dan menurun kualitasnya.

Kenaikan harga telur ayam kali ini membuat sebagian pembeli yang didominasi ibu rumah tangga enggan membelinya dalam jumlah besar. Paling banyak hanya berani membeli sekitar setengah kilogram.

Baca juga, Dolar AS dan Babak Belurnya Ayam Petelur

"Di rumah, konsumsi telur ayam juga sudah mulai dikurangi, terutama untuk sarapan. Saya mulai perbanyak tempe dan tahu di rumah," ujar salah satu pembeli, Rosidah (30).

photo
Telur ayam negeri

Kontras dengan pemandangan yang tampak di pasar, beberapa ibu rumah tangga membawa beberapa telur ayam kualitas baik dengan pak plastik. Seperti salah satunya ibu Muryati, 45, yang membawa dua pak di kantung belanjaannya.

"(Telur ayam) ini dapat dari Kartu Jakarta Pintar, saya ambil jatah karena masih ada saldo. Lumayan karena satu pak besar sekilo ditebus Rp15 ribu," ungkapnya.

Dia juga mengatakan bahwa naiknya harga telur ayam membuatnya tidak berani untuk berdagang lagi jajan tradisional risol mayo dan pastel. "Takut tidak laku terjual kalau harga naik. Biasanya jual sekitar 100 biji risol dan pastel setiap hari, sekarang ganti jualan kue molen atau yang lain. Sudah tidak ambil pesanan jajan yang pakai telur," keluhnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement