Selasa 24 Jul 2018 12:26 WIB

BKPM: Sektor Pariwisata dan E-Commerce Harus Dijaga

Pertumbuhan sektor pariwisata dan e-commerce melampaui pertumbuhan ekonomi nasional

Red: Nidia Zuraya
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong.
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan, sektor-sektor penggerak ekonomi yang baru seperti pariwisata dan perdagangan elektronik (e-commerce) harus dijaga. Pertumbuhan kedua sektor ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

Lembong menuturkan, sektor pariwisata dalam beberapa tahun terakhir tumbuh 14-17 persen per tahun, jauh dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang masih berkutat di kisaran lima persen. Sedangkan sektor e-commerce, tumbuh lebih tinggi lagi yaitu 20-25 persen per tahun.

"Jadi itulah motor-motor penggerak ekonomi kita yang baru yang harus kita jaga," ujar Lembong di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (24/7).

Menurut Lembong, sektor pariwisata dan e-commerce merupakan dua sektor strategis. Untuk sektor pariwisata sendiri, karena selain bergerak di bidang jasa, sektor tersebut juga berkelanjutan dan menyentuh hingga ke level bawah masyarakat. Sektor pariwisata menghasilkan devisa dan juga pelayanannya dilakukan oleh tenaga manusia.

Hingga 2019, target investasi juga ditujukan untuk pengembangan 10 destinasi pariwisata prioritas (DPP) yang membutuhkan total investasi 20 miliar dolar AS dengan pembagian 10 miliar dolar AS untuk investasi infrastruktur publik dan U10 miliar untuk investasi infrastruktur swasta.

Setiap tahun performa pariwisata Indonesia menanjak dandiproyeksikan mampu menyumbang produk domestik bruto (PDB) sebesar 15 persen atau Rp 280 triliun untuk devisa negara dan menyerap 13 juta tenaga kerja pada 2019. Sedangkan untuk e-commerce dan ekonomi digital sendiri, lanjut Lembong, sektor tersebut kini mendadak mendapatkan modal masuk (inflow) padahal pada empat tahun lalu relatif masih jarang.

"Sekarang estimasi saya 2-3 miliar dolar per tahun atau 30-40 triliun per tahun. Sekarang 15-20 persen dari total FDI kita per tahun," ujar Lembong.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement