Ahad 29 Jul 2018 06:25 WIB

E-Commerce dan Infrastruktur Topang Laju Industri Logistik

Teknologi bisa memudahkan UMKM. E-commerce atau toko online buat usaha kian efisien

Red: Budi Raharjo
Petugas JNE melayani konsumen.
Petugas JNE melayani konsumen.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Industri logistik di Tanah Air diperkirakan bakal terus tumbuh pada tahun ini. Pesatnya laju perkembangan bisnis e-commerce dan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah menjadi salah satu penopangnya.

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi Ilham Masita, memperkirakan tahun ini bisnis logistik di dalam negeri bakal menyentuh 10 persen. Pertumbuhan yang moderat itu bakal ditopang oleh perkembangan e-commerce dan pembangunan infrastruktur. "Kami yakin pertumbuhan masih bisa di atas 10 persen," ujar dia di Jakarta.

Perkiraan serupa disampaikan Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yuki Nugrahawan Hanafi. Ia memprediksi bisnis logistik bisa tumbuh hingga 10,4 persen. Pertumbuhan yang diperkirakannya itu bahkan lebih tinggi daripada tahun lalu yang hanya 7 hingga 8 persen.

Namun, Yuki menambahkan, untuk mewujudkan pertumbuhan itu banyak hal yang perlu dibenahi. Ia menyebutkan Indonesia masih mempunyai pekerjaan rumah untuk menurunkan biaya logistik. Biaya logistik di dalam negeri masih terbilang tinggi, yakni 23,7 persen terhadap GDP. Bahkan porsi biaya logistik menyumbang sekitar 40 persen dari harga ritel barang.

Pengurus ALFI berharap biaya logistik bisa ditekan hingga di bawah 20 persen untuk satu sampai dua tahun ke depan. Sebagai perbandingan, biaya logistik di Malaysia dan Thailand kini sudah di bawah 15 persen. "Kalau dihitung dengan pembangunan infrastruktur, paling hanya turun menjadi 21 persen," kata Yuki.

Selain itu, Yuki mengatakan, seluruh pemangku kepentingan di industri logistik perlu mempersiapkan diri menghadapi era industri 4.0. Industri 4.0 merupakan industri generasi keempat melalui pemanfaatan teknologi berbasis digital sehingga membuat proses operasional kerja dan layanan pelanggan menjadi lebih murah, mudah, dan berdaya saing. Implementasi industri 4.0 ini seperti diperlihatkan pada bisnis berbasis online.

Kemenko Perekonomian dan Ernst & Young pernah bekerja sama membuat kajian mengenai bisnis e-commerce di Indonesia. Bisnis e-commerce diperkirakan akan meningkat 10 kali lipat pada 2020. Tidak main-main, nilainya diperkirakan bisa mencapai 130 miliar dolar AS atau setara Rp 1.800 triliun.

Angka yang sangat besar untuk menjadi potensi pertumbuhan industri logistik nasional. "Ini potensi besar bagi usaha logistik nasional, karena e-commerce berhasil jika didukung logistik yang kuat," ujar Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kemenkominfo, Ahmad Ramli di Jakarta.

Ahmad Ramli melihat industri logistik kini mengalami perubahan. Dulu industri logistik dikuasai oleh pengiriman besar yang dilakukan perusahaan. Namun sekarang pengiriman secara individu melonjak sejalan dengan pesatnya perkembangan toko daring. "Pengiriman individu ini bahkan bisa sampai ke luar negeri," ujar dia.

Menurutnya, pembangunan nasional saat ini juga mendukung potensi bisnis e-commerce. Pemerintah bekerja keras membangun berbagai infrastuktur seperti jalan, bandara, dan pelabuhan yang akan memperlancar arus transportasi serta logistik.

Berdasarkan Logistics Performance Index (LPI atau Indeks Performa Logistik) 2018 yang baru saja dikeluarkan Bank Dunia, posisi Indonesia mengalami kenaikan dari peringkat 63 menjadi 43. Lompatan positif ini sejalan dengan berbagai upaya perbaikan logistik termasuk gencarnya pembangunan infrastruktur.

LPI mengukur kinerja logistik negara, yang dikeluarkan setiap dua tahun sekali. Komponen yang diukur meliputi infrastruktur, kepabeanan, pengiriman barang internasional, kompetensi logistik, pelacakan dan penelusuran barang, dan ketepatan waktu.

Ahmad Ramli mengatakan pasar industri logistik nasional sangat besar. Indoneaia memiliki 17.500 pulau yang tersebar, penduduk sebesar 262 juta jiwa dengan pengguna aktif internet 143 juta jiwa. "Itu semua menjadi bagian penting dari pasar transaksi daring dan industri logistik," kata dia menegaskan.

Menurutnya, teknologi bisa memudahkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Daerah yang sulit terjangkau juga tak lagi menjadi kendala. Melalui e-commerce atau toko online, usaha menjadi kian efisien karena tak harus membangun toko.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement