Kamis 02 Aug 2018 17:44 WIB

BI Dorong Sumatra Jadi Pusat Ekonomi Syariah Regional

Sumatera merupakan pintu gerbang perdagangan Indonesia.

Rep: Agung Fazza/ Red: Joko Sadewo
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi (ketiga dari kiri) bersama Kepala Departemen Regional I BI, Suheidi (kedua dari kiri),  Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Anwar Bashori (kedua dari kanan), dan Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan (kanan) saat konferensi pers usai membuka Festival Ekonomi Syariah Regional Sumatera 2018, dengan tema 'Mendorong Regional Sumatera sebagai Islamic Economic Hub melalui Implementasi Business Linkage', Kamis (2/8), di Bandar Lampung.
Foto: republika/agung fazza
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi (ketiga dari kiri) bersama Kepala Departemen Regional I BI, Suheidi (kedua dari kiri), Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Anwar Bashori (kedua dari kanan), dan Kepala Perwakilan BI Provinsi Lampung, Budiharto Setyawan (kanan) saat konferensi pers usai membuka Festival Ekonomi Syariah Regional Sumatera 2018, dengan tema 'Mendorong Regional Sumatera sebagai Islamic Economic Hub melalui Implementasi Business Linkage', Kamis (2/8), di Bandar Lampung.

EKBIS.CO, BANDAR LAMPUNG -- Kawasan pulau Sumatra bakal terus difokuskan menjadi pusat (hub) pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, guna mendukung pengembangan ekonomi syariah secara nasional.

"Kami melihat potensi Sumatra sebagai hub untuk perdagangan dengan negara tetangga. Ini sangat baik karena terlihat juga potensi ekonomi syariah untuk terus dikembangkan di Sumatera," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Rosmaya Hadi usai membuka Festival Syariah Regional Sumatera 2018, dengan tema 'Mendorong Regional Sumatra sebagai Islamic Economic Hub melalui Implementasi Business Linkage', Kamis (2/8), di Bandar Lampung.

Festival Syariah Lampung merupakan gelaran kedua, dari tiga gelaran serupa yang mewakili tiga wilayah Indonesia. Mewakili Jawa dan sekitarnya, Mei lalu digelar Festival Syariah di Semarang. Sedangkan di Indonesia Timur rencananya festival serupa rencananya digelar di Nusa Tenggara Barat (NTB), Oktober mendatang.

Rangkaian Festival Syariah itu mencapai puncaknya pada gelaran Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF). Secara keseluruhan, rangkaian gelaran ekonomi dan keuangan syariah itu bertujuan mengakomodasi kontribusi nyata semua pihak-pihak yang terlibat di dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Sebut saja misalnya pesantren, usaha kecil, maupun lembaga terkait yang menopang industri halal. Gelaran ini juga merupakan upaya optimalisasi pemanfaatan keuangan sosial Islami.

Menurut Rosmaya, secara geografis posisi wilayah Sumatera bisa dikatakan merupakan pintu gerbang perdagangan Indonesia dengan negara tetangga. Posisi ini sangat berpeluang mendukung upaya pengembangan ekonomi nasional, khususnya ekonomi berbasis syariah. Apalagi, ekonomi dan keuangan syariah juga mempunyai potensi besar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru guna memperbaiki struktur neraca transaksi berjalan.

"Kita melihat ekonomi dan keuangan syariah merupakan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang bisa digarap. Tapi penggarapannya harus bersifat end to end atau komprehensif," ujarnya. Dia mencontohkan bahan kain untuk fashion atau gaya halal. "Lihat saja potensi kain Tapis Lampung, Songket Palembang, atau Ulos Medan. Semua bisa dikembangkan," ujarnya.

Pengembangan industri pakaian halal itu, sambung Rosmaya, bisa dilakukan dengan memperkuat produksinya. Semua pihak perlu membantu pelaku ekonomi syariah termasuk produsen fashion halal supaya percaya diri kalau produknya bisa mendunia. "Bersama institusi terkait kita bisa melakukan edukasi. Selain itu, perlu dijelaskan, terkait pembiayaan tidak hanya mengandalkan komersial saja, tapi bisa menggunakan dana sosial seperti infaq, sedekah, dan wakaf. Kita dorong semua," tegas Rosmaya.

Terkait upaya menjadikan Sumatera sebagai pusat regional pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, Rosmaya menegaskan BI sudah merumuskan tiga pilar yang menjadi strategi utama pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Pertama, pilar pemberdayaan ekonomi syariah, menitikberatkan pada pengembangan sektor usaha syariah dengan penguatan halal value chain. Kedua, pilar pendalaman pasar keuangan syariah yang merefleksikan upaya peningkatan manajemen likuiditas dan pembiayaan syariah. Ketiga, pilar riset dan edukasi ekonomi dan keuangan syariah, melalui berbagai program edukasi dan sosialisasi.

Bersandar pada tiga pilar itu, empat sektor unggulan yang siap dikembangkan yaitu industri makanan halal dan halal fashion, sektor pariwisata halal, sektor pertanian dan sektor energi terbarukan. Hanya saja, Rosmaya juga menegaskan guna pengembangan sektor-sektor tersebut dibutuhkan kolaborasi kuat dengan berbagai otoritas terkait.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement