Kamis 02 Aug 2018 17:47 WIB

Sektor Pertanian Hadapi Lima Kendala

Lahan pertanian semakin habis tiap tahunnya.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Dwi Murdaningsih
Petani mengusir hama burung yang berada di area persawahan di kawasan Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petani mengusir hama burung yang berada di area persawahan di kawasan Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (12/7).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Sektor pertanian dalam kurun waktu lima tahun ke depan menghadapi lima kendala. Masalah modal hingga penerapan teknologi menjadi tantangan yang harus segera ditangani.

"Ubah pola pikir petani agar menerapkan teknologi modern," kata Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Bambang Budi Waluyo usai acara Forum Group Discussion di Dewan Pengurus Pusat HKTI, Kamis (2/8).

Pupuk dan pascapanen juga menjadi hambatan yang membuat harga produksi panen anjlok karena produksi yang melimpah. Begitu juga dengan lahan pertanian yang semakin habis tiap tahunnya.

694 Hektare Tanaman Padi di Indramayu Gagal Panen

Menurutnya, jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan tindakan khusus, lahan pertanian yang ada dalam waktu cepat akan berganti menjadi  perumahan dan sebagainya.

"Makannya kita kira lima tahun ke depan gimana pertanian kita sehingga perlu ada kebijakan pemerintah terkait pengawasan regulasi dan sebagainya," kata dia.

Dewan Pakar HKTI Agus Pakpahan mengatakan, proses alamiah beralihnya lahan pertanian menjadi perumahan membuat petani gurem. Untuk diketahui, gurem adalah petani yang memiliki atau menyewa lahan di bawah 0,5 hektare.

Menurutnya, peningkatan produksi dan produktivitas pertanian saat ini, meski mencapai swasembada tapi tidak berkorelasi positif dengan kesejahteraan petani. Tren kesejahteraan petani juga bertolak belakang dengan perkembangan di negara maju.

"Rasio nilai tambah pertanian per pekerja terhadap pendapatan rata-rata nasional menurun," kata dia.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)  Institut Pertanian Bogor (IPB) Eva Anggraini menambahkan, degradasi lahan sebenarnya sudah terjadi begitu masif karena perubahan iklim yang menciptakan lahan kritis. Hal ini diperparah dengan para petani yang mengelola lahan dengan luasan kecil.

Menurutnya, reformasi agraria perlu terus didorong agar realisasinya mampu mewujudlam keadilan. Selain itu, sumber daya manusia juga menjadi faktor  penting yang perlu diperhatikan.

"Kalau kita tidak majukan, kemungkinan besar kita terlindas perkembangan yang ada," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement