EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal menilai Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang mendampingi Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, lebih unggul dibandingkan Cawapres yang mendampingi Jokow Widodo, Ma'ruf Amin. Keunggulan tersebut dari segi kapasitas Sandiaga dalam memahami pelaku usaha dari generasi milenial.
"Dari segi perbandingan cawapres, antara Ma'ruf Amin dan Sandiaga, pemahaman kondisi permasalahan kekinian dan bagaimana generasi milenial serta kaitannya dengan teknologi informasi, jelas Sandi lebih unggul," kata Faisal di Jakarta, Jumat (10/8).
Faisal menyebutkan bahwa meski pengalaman di bidang pemerintahan masih tergolong sebentar sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga memiliki pengalaman yang cukup panjang sebagai pelaku usaha. Sandi sudah membangun perusahaan investasi sejak mengenyam pendidikan kuliah.
Baca juga, Ini yang Diharapkan Pasar Setelah Pengumuman Capres-Cawapres
Namun demikian, petahana Presiden Joko Widodo juga memiliki latar sebagai pelaku usaha. Meski tidak memilih pasangan pendamping cawapres dari pelaku bisnis, Jokowi dinilai lebih unggul memiliki pengalaman dan memahami perekonomian selama menjabat lima tahun.
Menurut dia, kedua pasangan, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga, tidak banyak memiliki perbedaan yang mencolok, selain cara pendekatan atau teknis menghadapi tantangan ekonomi lima tahun ke depan. Pengalaman Jokowi menjabat Presiden selama lima tahun, seharusnya menjadi alat untuk mendorong perekonomian yang lebih baik lagi.
"Capresnya Jokowi lebih berpengalaman. Pengalaman Jokowi cukup bisa mengakomodasi kebutuhan, melihat permasalahan terkait perkembangan teknologi informasi. Tapi, perbedaannya tidak terlalu jauh. Sandiaga cenderung sedikit lebih kuat," tutur Faisal.
Senada dengan itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani, menilai Sandiaga juga memiliki lebih banyak peluang untuk menggaet generasi milenial. Meski begitu, Sandiaga harus lebih beradaptasi dalam menghadapi tantangan ekonomi makro.
"Sandi punya peluang lebih ke arah generasi milenial, dari permahaman ekonomi, namun ke arah makro, perlu penyesuaian adaptasi di sana," ujar Hariyadi.