EKBIS.CO, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, permasalahan jumlah investor pasar modal di Indonesia masih terjadi. Pasalnya, meski terus bertambah, masih perlu ditingkatkan.
Selain menggelar pameran sosialisasi, OJK pun mulai mencoba pendekatan lain. "Kita kerja sama dengan Bukalapak dan lainnya. Kita juga lihat kenaikan investor cukup signifikan," ujar Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi saat membuka Seminar Pasar Modal Investor Summit 2018 di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, (27/8).
Dia menyatakan, saat ini OJK fokus mendorong investor ritel. Salah satu tujuannya agar memperkuat basis investor lokal.
Lebih lanjut, kata dia, perkembangan niaga elektronik (e-commerce) dan e-payment, seperti Bareksa serta Bukalapak, diharapkan memberi rasa lain. "Jadi, kalau sekarang itu kita buka rekening ada yang seminggu sampai dua minggu, tapi saya buka di Bukalapak bisa sambil tiduran, lima menit selesai. Nah, ini yang saya harap bisa dilakukan di pasar modal," tutur Fakhri.
Ia menambahkan, OJK sekarang tengah berdiskusi soal digital signature atau tanda tangan digital supaya bisa diadopsi. "Jadi, bisnis driven, kita ikuti aturannya, tapi kita harapkan pola kita bisa berubah. Paling tidak ada segmen lain, seperti buka rekening dan transaksi mudah," katanya menjelaskan.
Edukasi, kata dia, juga tetap harus dilanjutkan demi menambah jumlah investor pasar modal, tapi perlu ada perubahan cara. Misalnya, melalui kampanye di media sosial yang jangkauannya lebih luas. Sedangkan, kalau sosialisasi hanya dilakukan ke daerah, jangkauannya sangat kecil.
Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah investor. "Mudah-mudahan teman-teman e-commerce yang sudah ada saat ini bisa dikontribusikan ke pasar modal. Hal itu supaya investor banyak tertarik sehingga jumlahnya bertambah," katanya.