EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Jasa Marga menyatakan bakal berupaya untuk mempercepat proyek pembangunan jalan tol layang Jakarta-Cikampek. Percepatan ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan di ruas tol tersebut.
"Kami akan percepat sehingga lebih cepat selesai dan Jakarta-Cikampek akan berfungsi ideal kembali," kata Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani dalam jumpa pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Rabu (5/9).
Desi menyampaikan permohonan maafnya kepada warga terkait dengan kemacetan yang ditimbulkam oleh proyek di tol Jakarta-Cikampek. Menurut dia, bila pembangunan untuk tol layang Jakarta-Cikampek tidak dimulai dari sekarang, kemacetan diperkirakan dapat bertambah buruk ke depannya.
Direktur Operasi II Jasa Marga Subakti Syukur mengatakan dengan adanya pembangunan tidak hanya layang Jakarta-Cikampek II, tetapi juga pembangunan LRT dan proyek kereta cepat, maka harus ada penambahan lajur serta relokasi gerbang tol.
Pembangunan proyek tol layang Jakarta-Cikampek II menggunakan sistem Sosrobahu, teknik konstruksi asli ciptaan anak negeri, yang digunakan dalam memutar pierhead (leher tiang penahan), agar tidak mengganggu arus lalu lintas di bawahnya.
"Metode Sosrobahu berguna untuk mengatasi proses pembangunan jalan tol di atas jalanan yang sudah ramai, serta keterbatasan dan mahalnya biaya pembebasan lahan," kata Direktur Operasi II PT Waskita Karya, N Wirya Adnyana dalam acara pemutaran perdana pierhead di Tambun, Jawa Barat, pada 13 Desember 2017 lalu.
Wirya Adnyana mengatakan, teknologi Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang yang ditemukan oleh Tjokorda Raka Sukawati. Dengan teknik tersebut, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, dan kemudian diputar 90 derajat sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas.
Teknologi penggunaan sistem Sosrobahu seperti itu pernah digunakan seperti dalam pembangunan jalan laying bypass atau Jalan Tol Wiyoto Wiyono pada tahun 1988-1990. Teknik serupa juga kemudian diaplikasikan dan digunakan di beberapa negara lainnya.
Dalam proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated atau tol layang Jakarta-Cikampek II itu bakal digunakan lebih dari 200 pierhead yang ditanam di tengah-tengah jalan tol tersebut. Hampir seluruh ruas jalan dikerjakan dengan menggunakan metode Sosrobahu tersebut.
Proyek tersebut merupakan bentuk kerja sama operasi (KSO) antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk bersama PT Acset Indonusa Tbk yang menandatangani kontrak dengan PT Jasamarga Jalan layang Cikampek (JJC), selaku anak perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk yang menjadi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Proyek Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated diperoleh Waskita Karya bersama Acset Indonusa pada 2017 dengan nilai kontrak sebesar Rp 13,53 triliun serta ditargetkan selesai dan sudah beroperasi pada tahun 2019.