EKBIS.CO, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus melemah sejak awal pekan ini. Penutupan pada Rabu (5/9) mencatat penurunan 159,39 poin menjadi 5.683,50 dari pembukaan di level 5.842,89.
Penurunan juga terpantau signifikan di sejumlah saham-saham utama. Penutupan saham LQ45 berada pada -4,41 persen di level 890,539 setelah sebelumnya sempat mencapai lebih dari -5,2 persen.
Saham-saham utama 20 perusahaan BUMN bahkan melemah hingga 5,1 persen di level 341,337. Seluruh saham terpantau di IDX ditutup merah antara 2-5 persen termasuk di semua sektor, mulai dari pertanian, bisnis, perbankan, infrastruktur, perdagangan, tambang hingga perdagangan.
Hanya DBX yang ditutup di angka 2 persen. Meski bursa saham mulai menarik karena melemah, Riset analis OCBC Sekuritas Indonesia, Liga Maradona menyarankan agar investor tetap selektif dalam membeli.
"Untuk saat ini belum saatnya untuk aggresive buy, bisa beli bertahap dengan harapan sentimen negatif dari eksternal dapat berkurang," kata dia kepada Republika, Kamis (6/9).
Penurunan ini terjadi didukung oleh sentimen eksternal yang dipicu oleh krisis beberapa negara berkembang. Kenaikan suku bunga The Fed turut mendukung penguatan dolar. Sementara dari sektor internal, belanja import masih tinggi dari sektor bahan baku.
Sehingga kebutuhan dolar yang tinggi untuk pembayaran hutang tidak dibarengi oleh pasokan dolar AS yang cukup di pasar. Ditambah, belanja impor yang tinggi tidak dibarengi oleh level ekspor yang tinggi.
Ini menyebabkan neraca berjalan Indonesia di kuartal dua tembus di 3,04 persen yang setara dengan ambang batas yang diterapkan oleh pemerintah yaitu 3 persen. Liga menilai penurunan IHSG tetap berdampak psikologis meski tidak seagresif tahun sebelumnya untuk membeli saham.
"Saat ini investor bisa melakukan selektif beli terhadap saham-saham yang masih memiliki prospektif bisnis yang baik hingga akhir tahun," kata dia.
Liga menyarankan sebaiknya investor fokus pada LQ45 dan bigcap untuk kriterianya. IHSG diperkirakan kembali dibuka melemah pada hari ini menyusul pelemahan rupiah hingga Rp 14.999 per dolar AS.