EKBIS.CO, SURABAYA -- Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti meminta pengusaha yang tergabung dalam lembaga tersebut menunda liburan ke luar negeri untuk menyelamatkan rupiah yang terus merosot.
"Yang ingin liburan ke luar negeri, ya ditunda dulu, menunggu gejolak kurs mereda. Intinya, dijaga jangan sampai permintaan akan dolar AS terus naik. Ya liburan saja di dalam negeri, semuanya indah kok, dari Gunung Bromo, Kawah Ijen, Kota Batu, sampai pantai-pantai di Pacitan," kata La Nyalla dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (6/9).
Ia mengatakan, banyak hal sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk bisa menyelamatkan rupiah agar tidak terus merosot, salah satunya menunda liburan ke luar negeri. "Kami juga mengajak semua pihak untuk sejenak melupakan urusan politik menuju pemilihan presiden dan saling bantu," katanya.
Ia mengatakan rupiah harus dijaga, dan kalau terus anjlok, ekonomi nasional bisa terancam. "Oleh karena itu, mari saling bantu. Lupakan dulu Anda pendukung Jokowi dua peridode atau pendukung ganti presiden," katanya.
Ia memaparkan sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk ikut menjaga rupiah bagi masyarakat dan dunia usaha adalah bagi pengusaha yang masih menyimpan dolar AS segera dikonversi ke rupiah. "Jadi tidak hanya devisa hasil ekspornya dibawa ke Indonesia, tapi sudah harus dikonversi ke rupiah. Kita juga minta pengusaha lakukan lindung nilai (hedging) saat bertansaksi valas. Saya sampaikan ke teman-teman pengusaha, yang tidak buru-buru butuh dolar AS, jangan panik beli sekarang, pakai saja fasilitas swap BI. Faktor psikologi di pasar seperti ini perlu kita jaga," katanya.
La Nyalla juga mengimbau masyarakat menunda membeli beragam perangkat elektronik yang komponennya masih impor. "Ini agar neraca kita tidak semakin defisit, yang artinya kita keluarkan dolar lebih banyak daripada menerima dolar. Juga kurangi belanja produk-produk konsumtif di merchant milik asing karena hasilnya nanti capital outflight, dolar AS terbang ke luar negeri," ujar pengusaha bahan baku konstruksi tersebut.
La Nyalla juga mengajak untuk intens menggunakan transportasi publik yang bisa menekan konsumsi BBM. "Indonesia masih impor minyak sekitar 400 ribu barel per hari. Dan itu butuh dolar AS. Mei lalu, impor migas kita 2,81 miliar dolar AS, angka yang besar. Kalau ramai-ramai naik transportasi publik, konsumsi BBM berkurang, kita bantu Pertamina dan negara ini," katanya.