Jumat 07 Sep 2018 17:07 WIB

Amartha dan Bank Indonesia Latih Ibu-Ibu Kepulauan Seribu

Fintech mampu menjangkau lebih jauh ke pelosok-pelosok desa.

Red: Dwi Murdaningsih
 Amartha, financial technologi (fintech) peer to peer lending bersama Bank Indonesia memberikan pelatihan kepada ibu-ibu produsen pengolah makanan khas dari Kepulauan Seribu.
Foto: amartha
Amartha, financial technologi (fintech) peer to peer lending bersama Bank Indonesia memberikan pelatihan kepada ibu-ibu produsen pengolah makanan khas dari Kepulauan Seribu.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Amartha, financial technologi (fintech) peer to peer lending bersama Bank Indonesia memberikan pelatihan kepada ibu-ibu produsen pengolah makanan khas dari Kepulauan Seribu. Acara ini digelar untuk meningkatkan pengetahuan tentang akses keuangan melalui fintech.

Para peserta yang terdiri dari 40 pelaku usaha UMKM ini merupakan hasil binaan Bank Indonesia, STP Sahid dan Gerakan Seribu sejak 2016. Relationship Manager Amartha, Arsyadamar Budimansyah atau yang akrab disapa Damar memberikan materi literasi keuangan dalam acara berjudul 'Program Pengembangan Ekonomi Lokal Kepulauan Seribu' di Ancol, Kamis (6/9) malam.

Fintech merupakan produk inovasi di bidang teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki layanan keuangan konvensional. Jenis-jenis fintech beragam dan semuanya membangun  teknologi untuk dapat memberikan solusi yang lebih cepat, lebih aman dan lebih efisien daripada layanan keuangan konvensional melalui perbankan atau lembaga keuangan lainnya,” kata Damar.

Damar menjelaskan salah satu jenis fintech yang dapat membangun ekonomi UMKM yakni peer to peer lending. P2p lending memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan pinjaman kepada UMKM. Ini karena, pendana dapat memberikan dana pinjaman kepada pelaku usaha UMKM secara daring melalui platform fintech P2P lending.

Fintech diharapkan dapat mengurangi biaya transaksi, menjangkau lebih jauh ke pelosok-pelosok desa sehingga meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong perekonomian melalui akses keuangan yang lebih mudah dan cepat,” kata Damar.

Dengan menghubungan pendana yang sebagian besar tinggal di perkotaan dengan pelaku usaha UMKM, Amartha menempatkan diri sebagai perantara untuk membantu pendana yang ingin berinvestasi untuk kebaikan dengan pelaku usaha perempuan di pelosok desa yang bertekad untuk meningkatkan taraf hidup keluarga mereka.

“Platform peer-to-peer memungkinkan sumber pendanaan yang lebih terbuka dan demokratis, sehingga menciptakan kesempatan yang lebih besar bagi mitra usaha di desa untuk mendapatkan pendanaan yang terjangkau,” ujar Damar.

Di Indonesia, fintech mempunyai potensi yang sangat besar. Pasalnya, Indonesia memiliki populasi yang sangat besar yakni lebih dari 250 juta penduduk. Selain itu, pasar kelas menengah sangat besar serta sebagian besar generasi milenial sangat familiar dengan teknologi. 

“Yang belum terlayani perbankan juga masih besar, sehingga potensi pembiayaan maupun aksesibilitas layanan keuangan masih terbuka lebar. Di segmen mikro di pelosok-pelosok desa, masih terdapat potensi 68 juta pengusaha yang belum pernah bersentuhan dengan bank. Jika dilihat sebagai potensi pembiayaan modal, maka nilainya bisa lebih besar dari Rp 4 ribu triliun,” ucap Damar.

Selain itu, Damar pun memberikan materi tentang cara mengelola keuangan. Dia berharap ibu-ibu juga mulai peduli dengan pengelolaan keuangan. Dia berpesan agar mulai melakukan perencaaan keuangan dari sekarang. “Buat anggaran yang disusun untuk seluruh kebutuhan pembayaran, kebutuhan keluarga dan rencana masa depan,” kata Damar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement