Senin 10 Sep 2018 18:14 WIB

Ini Alasan BI Mengapa Ekonomi Sekarang Beda dengan 1998

Nilai tukar menjadi salah satu indikator ekonomi yang bernama harga relatif.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung pecahan dolar Amerika Serikat dan rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta,Ahad (2/9).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) meminta tidak menyamakan kondisi rupiah saat ini dengan krisis pada 1998. Kepala Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi menegaskan, nilai tukar rupiah terhadap solar Amerika Serikat (AS) yang sudah menyentuh Rp 15 ribu itu sangat berbeda.

Menurut Doddy, nilai tukar menjadi salah satu indikator ekonomi yang bernama harga relatif. “Dia tidak bisa dilihat sebagai angka absolut. Angka Rp 15 ribu per dolar AS ini sekarang beda dengan Rp 15 ribu pada 20 tahun lalu, jelas beda,” kata Doddy dalam diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Senin (10/9).

Untuk itu, dia meminta mayarakat atau siapapun tidak bisa menyamakan dua kondisi tersebut. Pemahaman ini, kata Doddy, harus ditanamkan ke berbagai pihak.

Menurutnya, saat ini ada kesalahan yang melihat nilai tukar mata uang sebagai angka psikologis. Padahal, menurutnya nilai tukar mata uang seharusnya yang perlu dilihat pergerakan angkanya bukan menggunakan pengandaian.

Doddy mencontohkan seperti di Australia, Korea, Malaysia, dan Thailand, nilai tukar bergerak nyaris tidak pernah jadi berita besar. “Kecuali perubahannya sangat cepat. Orang tidak melihatnya sebagai angka psikologis, tapi seberapa cepat bergeraknya,” ujar Doddy.

Baca juga, Perbandingan Krisis 1998 dan Pelemahan Rupiah Saat Ini.

Dia mengatakan, jika depresiasi rupiah hanya delapan persen lalu dibandingkan kenaikkan dari level Rp 2.500 sampai ke Rp 15.000 per dolar AS pada 1998 jelas berbeda. Karena itu, nilai tukar jangan dilihat dari levelnya saja.

Selain itu, Doddy memastikan kondisi ekonomi makro saat ini sangat berbeda dengan yang terjadi saat krisis tahun 1998. “Tahun 1998 berapa inflasinya? kan 78,2 persen, sementara sekarang hanya 3,2 persen. Tahun 98 berapa cadangan devisanya? 23,62 miliar dolar AS, sementara sekarang 118,3 miliar dolar AS,” ungkap Doddy.

Begitu juga dengan tingkat kredit macet pada 1998, menurut Doddy saat itu lebih dari bisa di atas 30 persen, namun saat ini hanya 2,7 persen dan trennya terus turun. Doddy memastikan, tahun ini lebih baik daripada 1998. “Ironis jika ada yang bilang tahun ini kita krisis seperti tahun 98,” tutur Doddy.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement