EKBIS.CO, JAKARTA -- Enam perusahaan asal Korea Selatan komitmen berinvestasi di Indonesia setelah pertemuan Indonesia-Korea Business and Investment Forum di Seoul, Korea Selatan. Apabila dinominalkan, investasi tersebut bernilai 446 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, investasi tersebut mencerminkan antusiasme besar pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi bisnis dengan Indonesia. "Baik dalam bentuk perluasan usaha maupun investasi baru di beberapa sektorindustri yang prospektif," katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (10/9).
Adapun enam perusahaan Negeri Ginseng tersebut adalah LS Cable and System yang bermitra dengan PT Artha Metal Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik 50 juta dolar AS di Karawang, Jawa Barat. Ada juga Parkland yang menggelontorkan dananya sebesar 75 juta dolar AS guna membangun industri alas kaki di Pati Jawa Tengah. Sae-A Trading juga menanamkan modalnya hingga 36 juta dolar AS untuk sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah.
Selanjutnya, Taekwang Industrial akan membangun industri alas kaki senilai 100 juta dolar AS di Subang dan Bandung, Jawa Barat. Selain itu, World Power Tech dengan mitra lokalnya PT NW Industries yang berinvestasi sebesar 85 juta dolar AS untuk pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat. Terakhir, InterVest dengan Kejora Ventures yang menamamkan modalnya 100 juta dolar AS untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI Jakarta.
Airlangga optimstis kerja sama yang terjalin itu dapat mendorong industri manufaktur nasional untuk lebih meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri sekaligus penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal. "Ini yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara inklusif, terutama melalui program hilirisasi," ujarnya.
Langkah sinergi yang dibangun pelaku industri kedua negara juga diharapkan mendukung implementasi Making Indonesia 4.0. Salah satunya adalah membangun ekosistem inovasi dengan transfer teknologi yang berkelanjutan guna mendukung revolusi industri 4.0.
Pada kesempatan yang sama, pemerintah Indonesia dan Korea Selatan juga melakukan penandatanganan 15 nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang dilakukan oleh perusahaan dan institusi pemerintah kedua negara. Kerja sama ini meliputi sektor energi, properti, mesin, teknologi, dan kosmetika. Total komitmen investasi yang bersifat business to business (B-to-B) dari hasil MoU tersebut mencapai 5,76 miliar dolar AS.
Kesepakatan yang terjadi di sektor industri di antaranya Hyundai Engineering. Perusahaan ini bermitra dengan PT Sulfindo Adiusaha untuk pengembangan pabrik kimia yang akan menghasilkan produk vinyl chloride monomer(VCM) dan poly vinyl chloride (PVC) di Merak, Banten dengan nilai investasi sebesar 200 juta dolar AS.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani menjelaskan, masih banyak potensi-potensi perdagangan dan investasi antara RI-Korsel yang perlu digali. Pihaknya berkomitmen untuk sealu terbuka akan investasi yang masuk ke Indonesia.
Menurut Rosan, kali ini merupakan rombongan terbesar yang diajak karena membawa 104 pengusaha ikut dalam Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018. "Ini sebagai tanda membaiknya hubungan dagang dan investasi Indonesia dengan Korea Selatan yang sangat baik," ucapnya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Korsel (KCCI) Park Yong-man berharap forum ini dapat memuluskan jalan bagi perusahaan-perusahaan Korsel untuk berinvestasi dalam proyek-proyek inovatif di Indonesia. Apalagi sudah ada arah yang jelas dalam pengembangan industri ke depan melalui peta jalan Making Indonesia 4.0.