EKBIS.CO, JAKARTA -- Direktur Pembinaan Perusahaan Mineral, Kementerian ESDM, Bambang Susigit mengatakan kedepan pascaakuisisi PT Freeport Indonesia (PTFI) selesai dilakukan, Freeport dan Inalum akan fokus mengelola tambang bawah tanah. Hal ini dilakukan untuk bisa mempertahankan produksi dan menjaga potensial pendapatan.
Menurut Bambang, tambang Grasberg yang saat ini dikelola PTFI sudah menipis cadangan emasnya. "PTFI ada tambang terbuka di Grasberg dan lima lokasi tambang dalam. Sumber daya alamnya banyak dan cadangan besar. Tetapi nanti 2019 sudah fokus semua ke tambang dalam. Grasberg habis soalnya," ujar Bambang di Hotel Grand Hyatt, Senin (17/9).
Bambang menjelaskan untuk tambang dalam sendiri, setelah tim audit menilai masih ada cadangan konsentrat sebesar dua miliar ton. Cadangan ini, untuk sementara sudah terbukti sebanyak 160 ribu ton konsentrat di tambang terbuka dan 70 ribu ton konsentrat di tambang dalam.
"Artinya ke depan 160 ribu ton tambang terbuka akan masuk ke tambang dalam dengan potensi cadangan besar. Kalau produksi tetap 300 ribu ton, maka sampai 2041 cadangan bijih itu ada 2 miliar ton," ujar Bambang.
Hal ini juga diamini oleh Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Sukmadaru Prihatmoko. Sukmadaru menjelaskan saat ini Freeport juga sedang mengembangkan satu komplek di sepanjang papua hingga papua nugini dengan cadangan 7.667 ton konsentrat.
"Untuk seluruh Indonesia, fokus pe papua saja, ada 3.531 ton emas, tembaga 42 juta ton, sementara Indonesia memiliki 7.311 ton," ujar Sukmadaru dilokasi yang sama.
Sukmadaru menjelaskan setidaknya ada beberapa lumbung konsentrat baru selain Grasberg. Lumbung seperti Wabu, Dabera dan Soba kata Sukmadaru merupakan salah satu cadangan yang kedepan bisa dikelola secara maksimal.
"Lagi lagi mereka menemukan banyak deposit, sehingga kita bisa tahu bahwa hasil eksplorasi selama ini, menghasilkan indikasi-indikasi untuk dijadikan potensi ke depan," ujar Sukmadaru.
Sukmadaru melihat, potensi potensi ini akan membuat Inalum dan negara mempunyai potensi produksi yang cukup menjanjikan. Hanya saja, Sukmadaru menilai, pemerintah perlu melakukan langkah langkah strategis agar potensi ini bisa dikembangkan secara baik sehingga menimbulkan dampak ekonomi yang maksimal.
"Dengan penguasaan 51 persen ke Inalum, kesempatan akan terbuka sangat terbuka bahkan di luar wilayahnya Freeport. Putaran kegiatan ekonomi semakin kuat, capital juga akan semakin banyak mengalir ke Papua," ujar Sukmadaru.