EKBIS.CO, BEIJING - Pendiri raksasa online Alibaba, Jack Ma mengatakan, perusahaannya tidak dapat memenuhi janji menciptakan satu juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) karena ketegangan perdagangan antar AS dan Cina.
Dua tahun sebelumnya, Ma bertemu Presiden AS Donald Trump untuk merencanakan raksasa e-commerce Cina ini membawa satu juta bisnis kecil AS ke platformnya untuk dijual kepada konsumen Cina selama lima tahun ke depan.
"Komitmen ini didasarkan pada kerja sama Cina-AS yang ramah dan premis rasional serta obyektif dari perdagangan bilateral. Situasi saat ini telah menghancurkan premis asli. Tidak ada cara untuk mewujudkan janji itu," ujar Ma kepada Xinhua, Kamis (20/9).
Ma mengatakan, ketegangan perdagangan antara AS dan Cina dapat berlangsung selama dua dekade ke depan. Hal itu, menurutnya bisa membuat hancur berbagai pihak yang terlibat.
Ketegangan perdagangan menurutnya juga memungkinkan akan berdampak pada perusahaan Cina secara masif. Oleh karenanya, ia mengimbau bisnis Cina dipindah ke negara lain dalam jangka menengah guna mendapatkan tarif sesuai dari pada di AS.
Pada Senin, pemerintahan AS mengumumkan akan memulai memungut tarif baru sebesar 10 persen sekitar 200 miliar dolar AS dari produk Cina pada pekan depannnya atau Senin (24/9), dengan tarif naik hingga 25 persen pada akhir 2018.
Esoknya, Beijing menetapkan tari balasan sebesar 60 miliar dolar AS dari produk AS ke daftar tarif impor. Kementerian Keuangan Cina mengatakan, Beijing akan memberlakukan tarif tersebut pada total 5.207 produk AS, mulai dari gas alam cair hingga jenis pesawat tertentu serta bahan baku seperti bubuk kakao dan sayuran beku hingga 5 sampai 10 persen kenaikan, dari pada tarif sebelumnya yang diusulkan 5, 10. 20 dan 25 persen.
"Kami juga akan memberlakukan tarif pekan depan," ujar pernyataan itu.
Sejauh ini, AS telah memberlakukan tarif senilai 50 miliar dolar AS atas produk Cina. Tujuannya, menekan Cina agar melakukan perubahan besar pada perdagangan, transfer teknologi dan kebijakan subsidi industri berteknologi tinggi.
Beijing tak mau kalah, langkah menekan perusaan AS yang beroperasi di Cina dilakukan olehnya. Sementara kedua belah pihak mengungkapkan mereka terbuka untuk pembicaraan.