Jumat 28 Sep 2018 17:17 WIB

Stok Jagung Cukup, Produksi Pakan Aman

Beberapa pabrik pakan tidak berada di sentra produksi jagung

Red: Budi Raharjo
Produksi jagung nasional pada tahun ini mengalami surplus
Produksi jagung nasional pada tahun ini mengalami surplus

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pasokan jagung pakan dinilai masih mencukupi sampai akhir tahun kendati ada kenaikan harga dalam beberapa hari terakhir. Harga jagung diakui naik untuk musim-musim tertentu meski tidak ada masalah produksi atau pasokan.

Corporate Secretary PT Malindo Feedmill Tbk Andre Andreas Hendjan menyampaikan industri masih memiliki stok jagung sampai akhir tahun. Dengan adanya stok itu, industri masih bisa bertahan.

"Produksi pakan Malindo masih berjalan lancar, tidak ada hambatan. Untuk pasokan jagung, saya rasa masih mencukupi kebutuhan", kata Andre.

Andre tak menampik harga jagung saat ini lebih tinggi dibandingkan beberapa bulan sebelumnya. Harga jagung pakan menembus Rp 5.000 per kilogram. Namun begitu menurutnya produksi tidak menemukan hambatan.

     

Pernyataan Andre sesuai dengan hitungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP) Kementan. Produksi jagung diperkirakan mencapai 30 juta ton pipilan kering (PK) pada 2018. Ini didukung luas panen per tahun yang rata-rata meningkat 11,06 persen dan produktivitas rata-rata meningkat 1,42 persen seperti tercantum dalam ARAM I BPS pada 2018.

                                          

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, kebutuhan jagung tahun ini diperkirakan sebesar 15,5 juta ton. Terdiri atas pakan ternak sebesar 7,76 juta ton PK, peternak mandiri 2,52 juta ton PK, untuk benih 120 ribu ton PK, dan industri pangan 4,76 juta ton PK.

"Artinya kita masih surplus sebesar 12,98 juta ton PK. Bahkan Indonesia telah mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton," kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto, dalam keteranga persnya.

                                             

Lonjakan ekspor jagung tinggi tahun ini memang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor jagung selama Januari-Juli 2018 mencapai 302.520 ton. Angka itu 14 kali lebih banyak dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, yang tercatat 22.230 ton. Atau 10 kali lebih dibandingkan semester I-2016 yang 27.870 ton, bahkan akumulasi ekspor sepanjang tahun 2016 dan 2017.                                                                                                                                                                                                      

Gatot tak menampik harga jagung naik pada musim-musim tertentu, namun bukan berarti ada masalah pada produksi dan pasokan. Ia menjelaskan kebutuhan jagung untuk pabrik pakan sebesar 50 persen dari total kebutuhan nasional sehingga sensitif terhadap gejolak.

Ditambah lagi beberapa pabrik pakan tidak berada di sentra produksi jagung. Ada setidaknya 93 pabrik pakan di Indonesia yang tersebar di 11 propinsi. "Beberapa pabrik pakan di daerah seperti Banten, Jakarta, Kalbar, dan Kalsel, tidak berada di sentra produksi jagung," ujar Gatot mengungkapkan.

Sebelumnya, Ketua Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J Supit, menyoroti jagung pakan yang kian terbatas. Ia menyatakan rata-rata kebutuhan pakan jagung untuk pakan ternak sebanyak 8 juta ton per tahun. “Yang berhasil dikumpulkan industri pakan dalam negeri hanya 5 juta ton saja,” ujar Anton.

                       

Anton mengakui ada persoalan lain di luar ketersediaan pakan, yakni rantai pasok pakan jagung yang masih panjang. Akibatnya, harga pakan jagung naik cukup tinggi.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement