EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) meyakini harga beras akan stabil. Pasalnya Perum (Bulog) memiliki cadangan yang cukup.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, musim tanam terjadi pada Oktober, November, dan Desember. Dengan begitu, produksi akan menurun.
Meski begitu, ia menilai tidak ada risiko kenaikan harga tinggi seperti tahun lalu. "Situasi sekarang berbeda dengan tahun lalu. Tahun lalu cadangan beras di Bulog tidak aman hanya 900 ribu ton. Sedangkan sekarang aman," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin, (1/10).
Dirinya menyebutkan, stok cadangan beras Bulog sudah mencapai 2,4 juta ton. Sebanyak 1,5 juta ton di antaranya dari impor, lalu sisanya sekitar 900 ribu ton diserap dari dalam negeri.
"Jadi kalau bicara demand dan supply. Stok tahun ini lebih bagus," katanya.
Pada kesempatan itu, BPS juga menyatakan, terjadi deflasi pada September 2018 sebesar 0,18 persen. Suhariyanto mengatakan, penurunan harga bahan makanan menjadi penyebab terjadinya deflasi pada September.
BPS juga mencatat nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada September 2018 meningkat 0,59 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Jambi.
"NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, baik untuk konsumsi maupun produksi dan penambahan barang modal," kata Suhariyanto.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 33 provinsi pada September 2018, NTP secara nasional naik 0,59 persen dibandingkan NTP Agustus 2018, yaitu dari 102, 56 menjadi 103,17. Kenaikan NTP pada September 2018 disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami kenaikan, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan keperluan produksi pertanian mengalami penurunan.
Baca juga, Nilai Tukar Petani Meningkat 0,59 Persen