EKBIS.CO, BOGOR -- Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS mengatakan, pembangunan agro-maritim 4.0 memerlukan pendekatan transdisiplin, interspatial, dan intersektoral secara terpadu.
”Hal ini sangat penting dalam membangun tata kelola baru agro-maritim Indonesia yang produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Rokhmin Dahuri saat menjadi nara sumber Seminar Agro-Maritim 4.0 yang diadakan oleh IPB di Bogor, Kamis (4/10).
Rokhmin menyebutkan, banyak faktor yang menyebabkan kinerja sektor-sektor ekonomi agro-maritim (pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kelautan) belum optimal. Namun, yang utama adalah karena rendahnya aplikasi inovasi teknologi dan manajemen hampir di semua mata rantai Sistem Rantai Pasok (Supply Chain System), produksi – pasca panen – pemasaran, ekonomi agro-maritim.
Suasana Seminar Agro-Maritim 4.0 yang diadakan oleh IPB.
Selain itu, kebijakan politik-ekonomi (seperti moneter, fiskal, intermediasi perbankan, RTRW, infrastruktur, ekspor – impor, R & D, dan iklim investasi) belum kondusif bagi kinerja sektor-sektor ekonomi agro-maritim. ”Pendekatan pengelolaan pembangunan dan bisnis di sektor-sektor agro-maritim pun masih bersifat ego sektoral dan ego disiplin ilmu,” ujar Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (4/10).
Peta jalan berbasis pada inovasi teknologi dan non-teknologi (manajamen) itu berdasarkan pada perhitungan dinamika supply (produksi) dan demand (kebutuhan) produk dan jasa (goods and services) dari setiap sektor agro-maritim tahun 2019 – 2045.
Rokhmin menawarkan konsep (peta jalan) pembangunan agro-maritim yang dapat meningkatkan produksi produk dan jasa melebihi kebutuhan nasional (national/domestic demand). ”Sehingga, Indonesia mampu mengkespor untuk meraih devisa dan membuat neraca perdgangan serta transaksi berjalan positif,” tutur Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia (GANTI);
Selain itu, semua pihak yang bekerja di sektor-sektor agro-maritim termasuk di industri hulu dan hilir (off-farm activities)-nya, bisa hidup sejahtera. Dan, surplus produksi serta kesejahteraan rakyat dapat berlangsung secara berkeadilan (inclusive) dan berkelanjutan (sustainable).
”Dengan perkataan lain, insya Allah peta jalan pembangunan agro-maritim ini akan mampu mengatasi sejumlah permasalahan agro-maritim dan bangsa, dan pada saat yang sama mengembangkan potensi pembangunan yang masih tersedia untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil-makmur, dan berdaulat pada 2045,” paparnya.