Ahad 07 Oct 2018 10:59 WIB

Telkom Terus Genjot Digital Talent

Indonesia masih tertinggal dalam bisnis rintisan dibanding negara-negara lain.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Elba Damhuri
Pameran startup di Aula Timur ITB
Foto: Arie Lukihardianti
Pameran startup di Aula Timur ITB

REPUBLIKA.CO.ID BANDUNG -- Keberadaan digital talent di Indonesia saat ini masih minim. Padahal digital talent menjadi faktor penting dalam pengembangan digital di samping infrastruktur, regulasi, dan pemakai.

Deputy Executive General Manager Divisi Digital Service PT Telkom Ery Punta Hendraswara mengatakan untuk mempercepat pembangunan dan kesejahteraan Indonesia, PT Telkom menginisiasi dan terus memprioritaskan program pengembangan talenta dan ekosistem digital.

Baca Juga

"Untuk memenuhi kebutuhan talent dan inovasi digital di Indonesia yang saat ini masih belum mencukupi kami terus prioritaskan pengembangan talenta," ujar Ery dalam siaran persnya, Sabtu (6/10).

Ery mengatakan saat ini Indonesia masih kekurangan digital talent. Padahal digital talent menjadi faktor penting dalam pengembangan digital. "Indonesia sudah saatnya menjadi pemain digital, bukan hanya jadi konsumen,” kata Ery.

Kebutuhan digital talent, kata dia, tercermin dari survei yang dilakukan oleh McKinsey pada perusahaan-perusahaan teknologi terkemuka di Indonesia pada 2017. Survei tersebut menunjukkan adanya kesenjangan kompetensi teknologi digital pada sumber daya manusia.

Di sektor perbankan, 62 persen responden menjawab belum puas dengan kompetensi teknologi digital pegawainya. “Artinya, hanya 39 persen yang merasa kompetensi digital pegawainya sudah sesuai kebutuhan perusahaan," kata Ery.

Di Telkom, kata dia, pihaknya tidak hanya mencari digital talent Indonesia yang memiliki kompetensi. Tapi juga mempraktikan budaya digital atau penggunaan teknologi dan internet dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan survei tersebut, menurut Ery, perkembangan startup (usaha rintisan) di Indonesia juga masih kalah dibandingkan dengan negara lain, seperti Amerika Serikat dan Singapura. Tiap satu juta penduduk Singapura bisa melahirkan 102,3 startup, sementara di Indonesia hanya 0,6 startup. Angka itu berada di bawah Malayasia (6,2), Taiwan (4,9), India (1,5) dan Thailand (0,9).

Untuk memenuhi kebutuhan talent digital dan startup di Indonesia, Telkom menjalankan program pengembangan ekosistem startup digital ‘’Indigo Creative Nation’’. Terdapat lima tahap dalam proses pengembangan ekosistem digital dalam program Indigo, di antaranya nurturing creativity, talent scouting, incubation, acceleration, dan commerce.

Dalam setiap prosesnya, Telkom juga menyiapkan berbagai fasilitas diantaranya creative camp sebanyak 18 titik di seluruh Indonesia, 4 creative center yang tersebar di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar.

Juga, creative capital yaitu perusahaan pemodalan digital MDI yang juga bekerja sama dengan perusahaan Y Combinator di Silicon Valey.

Ery mengatakan, kunci ekosistem digital yang kuat adalah stakeholder yang saling mendukung. Pemerintah menciptakan iklim digital entrepreneur (digipreneur) yang kondusif dan pelaku usaha berwawasan global.

Para talents terus meningkatkan kemampuannya di bidang digital, sesuai dengan tren dan kebutuhan pasar digital global.

Target utama program pengembangan ekosistem ini, kata dia, adalah untuk menumbuhkan bibit unggul digipreneur di Indonesia untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain. Karena, banyak anak muda kita memiliki kempetensi di bidang teknologi digital, tapi direkrut perusahaan digital negara lain.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement