Senin 15 Oct 2018 18:46 WIB

Kurs Rupiah Ditutup Melemah pada Awal Pekan Ini

Surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 masih terbilang semu.

Rep: Iit Septyaningsih, Rahayu Subekti/ Red: Budi Raharjo
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10).
Foto:
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/10).

Surplus neraca perdagangan Indonesia dinilai semu

Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 masih terbilang semu. Dia mengatakan neraca perdagangan Indonesia yang surplus 0,23 miliar dolar AS karena ekspor dan impor masih sama-sama turun.

Dia mengatakan, ekspor Indonesia pada September 2018 tahun ini juga turun dibandingkan Agustus 2018 dikarenakan efek proteksi dagang dari India. "Khususnya ke produk CPO atau minyak nabati masih dirasakan," kata Bhima kepada Republika, Senin (15/10).

Bhima menjelaskan harga sawit dan karet dipasar internasional masih rendah. Kemudian, kata dia, terdapat juga dampak dari perang dagang ke permintaan negara maju.

Dia mengatakan, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Cina masing-masing turun. "Untuk AS ekspor turun 6,9 persen, Jepang turun 10,11 persen, dan Cina turun 8,66 persen dibandingkan Agustus 2018," jelas Bhima.

 

Selanjutnya, dari sisi impor yang turun menurut Bhima patut dicermati sebagai indikator permintaan dalam negeri melambat paska Lebaran. Dia mengatakan konsumsi sepanjang semester satu 2018 stagnan pada kisaran lima persen.

Menurut Bhima, permintaan impor barang konsumsi juga dipengaruhi oleh naiknya dolar dan harga minyak dunia. "Ini membuat biaya impor jadi lebih mahal," ujar Bhima.

Kemudian, lanjut dia, hal tersebut memberikan efek ke produsen menjadi menahan diri untuk menambah pasokan di gudang. Dengan begitu, impor bahan baku justru turun.

Jika outlook sampai 2019 masih ada ketidakpastian, lanjut Bhima, ditambah tahun politik maka pengusaha diprediksi menunda ekspansi. "Ini tercermin dari impor barang modal termasuk mesin industri turun signifikan," tutur Bhima.

Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini (15/10) merilis ekspor Indonesia pada September 2018 mengalami penurunan 6,58 persen dibandingkan Agustus 2018 mencapai 14,83 miliar dolar AS. Di sisi lain, impor Indonesia juga mengalami penurunan 13,18 persen pada periode yang sama dibandingkan Agustus 2018 mencapai 14,60 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement