Sabtu 20 Oct 2018 02:14 WIB

Bisnis Jagung Pakan yang Menjanjikan

Kementan ingin memajukan produksi jagung dari kawasan Timur Indonesia.

Red: Budi Raharjo
Petani menjemur jagung pakan ternak usai memanennya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Petani menjemur jagung pakan ternak usai memanennya. (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- "Tanaman pangan atau serealia itu adalah idola. Serealia itu paling gagah. Karena menanam tanaman kebutuhan sehari-hari". Begitu cerita Dean Novel, seorang pelaku Agripreneur jagung pakan yang sudah 11 tahun menikmati manisnya bisnis komoditas ini.

Jagung berwarna kuning spesifik ini, memang merupakan salah satu bahan utama pakan ternak ayam. Tak heran permintaannya tinggi, karena sangat dibutuhkan kalangan peternak ayam layer (petelur) hingga industri pakan ternak.

Alasan ini pula yang membawa Dean Novel, pemuda penyandang gelar master sebuah perguruan tinggi swasta di Ibu Kota, memilih menjadikan jagung pakan sebagai ladang usahanya. Di usianya yang menginjak 44 tahun, Dean yang dijuluki 'petani berdasi' dan sudah memiliki nama di Nusa Tenggara Barat (NTB), berbagi cerita.

Cerita suksesnya mengelola lahan yang luasnya mencapai 7.000 hektare (ha), hingga dilabeli agripreneur atau pengusaha jagung syariah. Label syariah disematkan karena tidak ada bunga.

"Harga bibit segitu ya saya jual segitu. Tidak ada juga bagi hasil. Mereka jual jagung ke saya dan saya beli. Nggak ada hitungan yang rumit. Sederhana saja. Ngapain dibikin rumit," ujar dia menjelaskan.  

Dean betah berladang di NTB karena menurutnya petani di Lombok masih haus dengan inovasi. Masih mendengar jika diberi penyuluhan, masih penasaran dengan ilmu-ilmu baru dalam pertanian.

"Di Lombok itu rata-rata land owner. Lahannya punya sendiri. Sampai 80 persen statusnya land owner. Sisanya sewa. Sebaliknya di Jawa 80 persen lahan berstatus sewa," kata Dean.

Baginya, ini membuat petani menjadi lebih bertanggung jawab atas program kemitraan yang dijalani. Karena itu ia tidak meminta jaminan alias syariah. "Yang dipinjamkan ke petani itu tidak pakai jaminan. Kalau dia pemilik lahan pasti dia tanggung jawab. Tapi kalau dia buruh atau sewa dikasih pinjaman bisa lari," ucapnya.

Sejauh ini Dean masih disibukkan usaha memenuhi permintaan pasar lokal yang sangat tinggi dan belum bisa terpenuhi semuanya. "Sejauh ini masih sebatas Jawa Timur untuk memenuhi industri pakan ternak. Sampai sekarang masih kewalahan karena permintaannya masih sangat tinggi," ungkap dia.

Hanya limbahnya saja yang diekspor ke Korea Selatan dan Jepang. Limbahnya diolah sendiri, dihancurkan, kemudian dicetak dalam bentuk seperti es balok. Di kedua negara itu limbah jagung menjadi medium untuk budi daya jamur merang. Kalau di Indonesia masih memakai serbuk kayu di Korsel dan Jepang menggunakan limbah jagung.

Keberhasilannya menjadi petani berdasi jagung pakan, membuat Dean diminta sebagai konsultan pemerintah daerah yang tertarik untuk bertani jagung. Di antaranya Sulawesi Utara dan Halmahera serta NTT. "Jagung mereka juga saya beli dan saya pasarkan," ucapnya menambahkan.   

Genjot produksi jagung

Kementerian Pertanian memproyeksikan untuk memajukan produksi jagung dari kawasan Timur Indonesia. Sulawesi salah satu daerah potensial pertanaman jagung. Selain pemenuhan kebutuhan domestik, Sulawesi Tengah sudah mulai mengekspor jagungnya dari Pelabuhan Ampana, Kabupaten Tojo Una Una.

"Bahkan ekspor jagung dari Gorontalo sebagian berasal dari Sulteng, terutama dari Kabupaten Buol," ujar Staf Ahli Mentri Pertanian Bidang Perdagangan Mat Syukur belum lama ini.

Sejak Januari 2018, Touna telah melakukan ekspor jagung enam kali melalui Pelabuhan Matangisi langsung ke Filipina, total sebesar 14 ribu ton. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman juga sempat berkunjung ke Kabupaten Tojo Una Una untuk memastikan kantor Karantina Pertanian hadir dan proaktif melayani ekspor, tanpa perlu jauh-jauh ke Palu.

Kementan juga mendorong peningkatan produksi jagung dan padi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Berdasarkan data Kementan, pelaksanaan program Upaya Khusus (UPSUS) tahun 2014 hingga 2016, telah mampu memajukan sektor pertanian NTT sehingga mampu memenuhi kebutuhan beras dari produksi sendiri. Demikian juga terkait jagung, NTT kini menjadi salah satu provinsi sentra produksi jagung nasional.

Dengan Potensi jagung yang begitu ini, Dean Novel belum berencana untuk mengembangkan bisnis lain. "Saya masih fokus bertani jagung. Pasarnya masih sangat luas. Dan itu, usaha jagung itu risikonya kecil, tidak jantungan, kita sambil merem saja jagung menghasilkan. Ha ha ha," ujarnya optimistis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement