EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan pemanfaatan varietas lokal untuk mencapai target Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. Hal tersebut diungkapkan Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Perdagangan dan Hubungan Internasional Mat Syukur saat mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman membuka “Seminar dan Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan dan Pemanfaatan Varietas Lokal Indonesia” di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, Rabu (24/10).
“Kami sangat yakin akan terwujudnya Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045 nanti, bila semua potensi yang kita miliki dapat kita berdayakan secara optimum,” kata Syukur.
Menurut Syukur, Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya hayati yang berlimpah atau megabiodiversity. Kekayaan sumber daya genetik (SDG) ini seyogyanya berimbang dengan sistem pendaftaran, pelestarian, pemanfaatan, perlindungan biofisik (konservasi) dan perlindungan hukum SDG yang kuat.
“SDG yang kita miliki bisa menjadi potensi ekonomi baru yang dapat memberikan manfaat sebagai pendapatan masyarakat dengan nilai yang tidak sedikit bila dikelola dengan baik antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat,” ujar Syukur.
Ia menambahkan, dalam pengembangan varietas lokal ini, pemerintah akan belajar banyak kepada Belanda. Belanda merupakan negara eksportir terbesar kedua di dunia di bidang pertanian. Untuk 2017, total nilai ekspor negara ini mencapai 113.5 miliar dolar AS atau 92 miliar Euro, dengan andalan ekspor antara lain bunga, umbi, daging dan susu.
“Meskipun tidak sekaya Indonesia, Belanda bisa memperkaya koleksi dari setiap sumberdaya hayati yang dimiliki dengan melakukan pertukaran ataupun dengan berbagai cara. Berkaca terhadap keberhasilan Belanda, kami menyambut dengan baik inisiasi yang telah dilakukan dengan melaksanakan pendaftaran varietas lokal, sebagai cikal bakal untuk penyusunan database lengkap dari sumberdaya hayati kita,” kata Syukur.
Saat ini, sudah banyak daerah di Indonesia yang menjadikan varietas lokal sebagai indikasi geografis, serta menjadi ikon daya tarik dalam pengembangan pariwisata dan kegiatan ekonomi daerah. Di antaranya Kopi Gayo, Beras Cianjur, Beras Solok. Varietas-varietas lokal tersebut sudah menjadi sumber pengembangan ekonomi.
Pakar Lingkungan Hidup, Prof Emil Salim mengatakan, Indonesia memiliki varietas lokal atau plasma nutfah yang begitu beragam. “Kebinekaan plasma nutfah itu kunci Indonesia. Tidak ada negara lain dengan keanekaragaman seluas, sedalam, sebanyak Indonesia," ujar Emil yang sempat menjabat sebagai Menteri Lingkungan Hidup di era pemerintahan Soeharto.
Emil mengungkapkan peran Kementan melalui Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian sangat vital dalam melakukan pendataan jenis varietas lokal yang dimiliki Indonesia. hal ini krusial agar potensi seluruh varietas dapat dikembangkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat.
“Kementerian Pertanian adalah benteng dari keanekaragaman hayati. Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang ada di Berbagai wilayah Indonesia bisa kita manfaatkan, kembangkan, untuk kemaslahatan, kesejahteraan masyarakat kita," jelas Emil.